Minggu, 22 Mei 2011

NGGAK SUKA KOREA ! SAATNYA BERKACA

Kisah cinta Ratu Myeongse-ong yang anti-Jepang dengan pengawal pribadinya, Moo-myeong, berakhir dengan dibunuh-nya kedua orang ini oleh intel Jepang. Adegan kematian ratu dari Dinasti Jeo Son dengan kekasih gelapnya ini menjadi klimaks yang membuat haru penonton film The Sword With no Name.
Terbunuhnya Ratu Myeong-se-ong pada 8 Oktober 1895 ini merupakan fakta sejarah. Namun produser Park Min-hee dan Kim Mi-hee mengemas sejarah ini dalam kisah cinta fiksi yang berakhir tragis. Rim yang dirilis pada 2009 ini menjadi salah satu favorit Ratna Setiowati, 29 tahun.
Lajang yang bekerja di perusahaan media di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, ini sangat memuja film asal Korea Selatan itu, yang dinikmatinya melalui cakram DVD. "Rim Korea itu sangat pandai mengaduk emosi penonton dan detail dalam bercerita, kata Ratna ketika dihubungi Jumat malam lalu.
Selain The Sword With no Name, ia menyukai film My Father atau Mai Padeo dalam dia-lek Korea. Rim itu menceritakan tentang pencarian ayah biologis oleh seorang anak Korea yang diadopsi oleh keluarga Amerika.
Film yang diambil dari kisah nyata ini pun berhasil mengaduk emosi penonton. Alkisah, James (diperankan bintang film Koreaberdarah Irlandia, Daniel Henney) mendapati ayah kandungnya seorang narapidana yang akan menjalani hukuman mati. Sang ayah dihukum karena membunuh. "Film Korea juga pandai menggunakan sejarah dan kisah nyata menjadi drama yang tragis, kata Ratna.
Selain itu, ia melanjutkan, Korea Selatan memiliki satu bioskop sentral di Seoul yang jarang sekali memutar film Hollywood. "Rim Korealah yang paling banyak diputar di bioskop itu. Kita memang sebaiknya banyak berkaca ke sana," ujar lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran itu.
Industri film Korea memang tumbuh sangat cepat sejak 2004. Seiring dengan ekspektasi terhadap industri film Korea yang semakin tinggi, investasi besar dalam pendanaan produksi film di-tambah dukungan yang baik dan Dewan Rim Korea pun semakin menyuburkan produksi film Korea.
Maraknya produksi film Korea pun berdampak pada masuknya banyak perusahaan film di pasar saham Korea, naiknya angka penjualan tiket bioskop dan teater, serta melonjaknya pangsa pasar film domestik Korea. Kini Korea pun masuk 10 negara produsen film terbesar di dunia, dengan jumlah produksi lebih dari 100 film per tahun.
Berkembangnya film Korea Ini merupakan hasil rasionalisasi di seluruh aspek industri film. Contohnya, infrastruktur industri film yang didirikan beberapa tahun terakhir ini. Penandatanganan perjanjian mengenai gaji antara Asosiasi Produser Rim Korea dan Federasi Pekerja Film Korea punikut mendukung perkembangan film di Negeri Ginseng.
Di sisi lain, produksi film ber-anggaran rendah pun tak ditinggalkan. Biaya rata-rata total produksi satu film Korea Selatan berkisar 3,7 miliar won atau setara dengan Rp 29,6 miliar. Jika film berbujet rendah (di bawah 1 miliar won atau Rp 8 miliar) dan film berbujet luar biasa besar tak dihitung, biaya rata-rata produksi satu film Korea adalah sekitar 4,8 miliar won (Rp 38,4 miliar).
Jumlah layar di bioskop Korea pada 2008 menunjukkan tren yang naik dengan stabil melalui kemunculan multipleks. Film dengan layar digital pun ikut mempengaruhi kenaikan jumlah layar digital, yaitu sebanyak 161 layar atau 8 persen dari jumlah layar secara keseluruhan.
Sekitar 80 persen penjualan dalam industri film Korea Selatan bergantung pada pendapatan teater. Industri film Korea bekerja sama dengan pemerintah berkonsentrasi pada proteksi hak cipta film dan memberantas reproduksi ilegal (pembajakan).
Produser film Indonesia, Mira Lesmana, memuji perkembangan industri film Korea. Pajak film di Korea, kata dia, dikembalikan ke badan yang bertugas mengembangkan perfilman di sana. "Kalau di Indonesia, ke mana perginya pajak itu? Seharusnya itu bisa untuk mengembangkan film di Indonesia," kata Mira dalam diskusi "Rim Nasional Pasca Pemboikotan Film Hollywood" yang diadakan oleh Delta FM, Obsat, dan Tempointeraktif, Rabu malamlalU. FAKKY FE6UK* | HIMKORROR KR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.