Kamis, 30 Oktober 2008

2nd Day in Palembang: Seiko Automatic Chronograph cal.7016

Saat bangun pagi waktu sudah menunjukkan pukul 6.01. Langit sudah terang dan saatnya memakai sepatu jogging untuk melakukan 'prosesi' jalan pagi. Hari ini saya berencana menggunakan jam kedua yang saya bawa: Seiko Automatic Chronograph cal. 7016-7000.

Seiko cal.7016 memiliki ciri yang unik yaitu jarum sub register chronograph diletakkan menjadi satu di posisi angka 6. Karena itu seiko dengan cal.7016 ini sering juga disebut sebagai seiko 2 in 1 karena posisi jarum yang bertumpuk itu. Untuk membedakan, 2 Jarum itu dibuat dengan 2 warna yang beda sehingga mempermudah untuk membacanya: jarum berwarna putih dan biru.
Ukuran seiko chronograph ini tidak besar seperti saudara-saudaranya yang lain dengan diameter sekitar 36mm, seiko ini terlihat 'mungil'. Warna dial biru begitu juga dengan warna sub register. Rantai juga masih bawaan jam ini dengan desain yang tipis.

Setelah pulang dari jalan pagi, sarapan dan mandi saya bersiap untuk melakukan pekerjaan saya di hari kedua ini di Palembang. Jam sudah menunjukkan pukul 08.45 dan pihak kantor akan menjemput saya pukul 09.00.

Rabu, 29 Oktober 2008

Trip to Palembang: Seiko Diver 7002-7001

Pagi ini dengan sedikit terburu-buru saya pergi ke airport karena harus ada urusan dinas ke Palembang. Istri saya yang bekerja di daerah Pluit saya ajak dalam satu taksi dan saya antar dulu ke kantornya. Hari ini saya dan istri saya sama-sama menggunakan jam Seiko Diver. Saya menggunakan Seiko Diver cal.7002 dan istri saya Seiko Lady Hi-Beat. We both love black dial watches!

Setelah taksi berhenti di Pluit saya melanjutkan perjalanan dengan taksi menuju Bandara. Jam menunjukkan pukul 07.45 dan flight saya ke Palembang jam 09.30, berarti saya masih punya banyak waktu.

Seiko Diver 7002 yang saya pakai ini merupakan tipe Seiko Diver generasi ke-V yang mulai diproduksi pada tahun 1988 sampai 1994. Dan 7002 yang saya pakai merupakan produksi tahun 1989. Seiko cal.7002 ini merupakan cikal bakal dari beberapa jenis tipe SKX yang mulai diproduksi pada tahun 1995 dengan kemampuan diver 200m. Sedangkan 7002 dan tipe sebelumnya memiliki kemampuan diver 150m. Seiko 7002 merupakan desain yang menggantikan seiko 6309 yang memiliki cushioned shaped. Perbedaan utama terletak pada desain casing yang lebih ramping (slimmed down), dan desain index 7002 menggunakan desain kotak sedangkan 6309 ber-index bulat.

Perbedaan utama dari tipe 7002-7001 adalah adanya tulisan 17 jewels pada dial dan tulisan MADE IN JAPAN yang terdapat di dasar bawah dial. Seri 7002-7001 memiliki casing dan dial yang dibuat di Jepang dengan movement cal.7002A dibuat di Singapura. Versi ini sama dengan tipe SKX yang menggunakan kode "J" pada jam-jam generasi selanjutnya seperti SKX007J dll. Kode "J" menunjukkan bahwa jam dibuat di Jepang.

Beberapa detil yang menunjukkan asal jam ini diproduksi bisa dilihat salah satunya pada pengunci rantai yang memiliki tulisan SEIKO JAPAN. Pengunci rantai juga masih menggunakan pengunci single folding calps. Jenis rantai menggunakan desain rantai jubille.

Pada case back terdapat logo ombak sebagai ciri khas jam diver, kode produksi, caliber dan serial number jam. Movement cal.7002 menggunakan 17 jewels dengan 21600 bph.


Jam 17.45 saya sampai di hotel setelah seharian mengunjungi beberapa kantor cabang di kota ini. Saya mendapatkan kamar yang nyaman dan sudah saatnya mengistirahatkan 7002 saya. Besok, jam yang lain akan saya pakai menjelajahi Palembang lagi...

Selasa, 21 Oktober 2008

Nice Afternoon Surprise: Seiko Diver 007!

Kejadian serupa dengan Orange Monster berulang lagi. Beberapa minggu belakangan saya punya keinginan untuk punya Seiko Diver SKX007. Keinginan ini timbul setelah saya ngobrol dengan seorang penggemar jam lawas yang pernah ditawari SKX007 dengan rantai model Oyster. Setelah perbincangan itu setiap kali berkunjung ke toko jam saya sempatkan melihat SKX007 untuk memantapkan hati apakah akan beli atau tidak.

Ndilalah (orang jawa sih..), tadi malam ada sms masuk ke hp saya dari seorang teman penggemar jam juga yang menawarkan jam yang sama. Wah kok ya pas lagi ya?.. setelah menanyakan beberapa hal untuk konfirmasi, penawaran itu langsung saya iya-kan.

Hari ini jam 11.25 siang, kurir yang membawa jam seiko datang. Dibungkus dengan hanya menggunakan amplop.

Setelah kurir pergi, saya buka dan saya dapati sebuah kotak berwarna hitam dalam kondisi yang masih bagus. Toko-toko jam di jakarta berbeda-beda dalam memberikan jenis kotak jam untuk membungkus Seiko yang dibeli. kadang terbuat dari plastik biru, transparan dan tipe seperti ini (mungkin inisiatif masing-masing toko).

Segera saya buka kotak tersebut dan saya mendapati ini: Seiko Diver 200m SKX007 dalam kondisi masih seperti baru! jam ini dibeli pada 30 Mei 2008. Jadi masih ada garansi sekitar 7 bulan lagi sampai Mei 2009. Saat saya terima jam ini masih bergerak dan menunjukkan jam yang sama dengan jam saat saya terima.

Seiko 007 merupakan salah satu jenis seiko yang paling banyak juga dimodifikasi terutama dial dan jarumnya sehingga dikenal juga Seiko Mod 007. Tipe ini juga banyak disukai karena desainnya yang klasik sekaligus maskulin. Diameter jam 41mm dengan ketebalan 13,2mm sehingga tidak begitu mengganggu saat dipakai. Dial abu-abu sangat tua (orang sering menyebutnya hitam) dengan penambahan pelapis Promethium 147 pada jarum jam sehingga terlihat terang dalam gelap.

Rantai model jubille (007 juga mengeluarkan tipe lain dengan rantai oyster) yang terbuat dari steel. Kaca menggunakan hardlex glass crystal. Mesin automatic cal.7S26 21 jewels dengan perputaran 21,600 bph. Bila dikenakan jam ini masih cukup nyaman karena bobotnya juga maksimal 137,55 grams.

Minggu, 19 Oktober 2008

SEIKO Sportmatic Jumbo Cal.7625

Seiko Sportmatic ini termasuk Seiko dresswatch terbesar yang pernah saya lihat. Para penggemar Seiko sering menyebutnya sebagai seiko sportmatic 'Jumbo' dengan diameter jam 38mm. Variasi dial bermacam-macam tapi mereka memiliki kesamaan selain ukuran yang besar yaitu penggunaan hidden crown di posisi angka 3. karena itu di foto atas crown tidak terlihat.

Menggunakan automatic movement cal.7625 yang memiliki 17 jewels, yang mulai diproduksi sejak pertengahan tahun 60-an sebagai pengganti dari Cal.820 karena sejak awal tahun 60-an Seiko merubah nama kaliber dari 3 digit menjadi 4 digit.

Hal menarik lain yang saya jumpai pada jam ini adalah desain lugs-nya (kaki-kaki) yang besar dan gagah. Desain ini menyerupai desain Omega Seamaster tahun 50-60an dengan desain heavy lugs-nya. Dial juga memiliki cross hair yang membuat seiko ini bertambah menarik penampilannya.


Rabu, 15 Oktober 2008

RW Don Giovanni: a trip to Medan

Pagi ini tanggal 15 Oktober 2008 saya bangun lebih awal dari biasanya karena hari ini saya akan melakukan perjalanan ke Medan dengan pesawat 07.30. Jam 5.30 saya sudah berada di dalam taksi yang membawa saya ke bandara dan jalan dari Bekasi menuju bandara masih lengang. Akhirnya saya tertidur sebentar.

Saat saya terbangun saya melirik pada Raymond Weil Don Giovanni Dual Time yang pagi ini bertugas menemani saya dan ternyata waktu masih belum bergerak jauh tapi jarak bandara sudah semakin dekat. Sambil menikmati 5 menit terakhir sebelum turun di bandara saya memperhatikan dengan seksama Sang Don ini. Bentuknya cukup besar dengan dimensi sekitar 40x46mm dengan bentuk yang menurut saya cukup ergonomis sehingga nyaman dipakai.

Jam ini memiliki 2 penunjuk waktu. Yang dibawah adalah penunjuk waktu untuk local time sedangkan jarum jam diatas merupakan penunjuk waktu yang berbeda. Desain jarum jam serupa pedang berwarna putih dengan dilapisi oleh lapisan tritium. Dial dibuat menarik dengan menggunakan corak honey comb pattern berwarna hitam dengan saphhire crystal dilapisi oleh lapisan super sin sehingga terlihat seperti tidak berkaca dan bila kena cahaya akan terlihat bias warna biru.

Setelah sampai Bandara, secepatnya saya melakukan check in dan bergegas menuju ke area keberangkatan karena saya ingin memanfaatkan fasilitas hot-spot gratis!.
Koneksi internet ternyata cukup cepat dan sempat juga membalas beberapa email dan browsing ke tempat-tempat langganan (website jam antik dan forum jam). Sejenak saya melihat kepada Sang Don dan berpikir saya masih punya banyak waktu untuk browsing.

Saya sempatkan mengunjungi beberapa toko maya yang masih menjual Sang Don. Ternyata Sang Don ini dijual cukup mahal dengan Tag price US$ 3195 dan harga setelah diskon sekitar US$ 1899,5 ini berarti sekitar Rp.18 juta dengan kurs 1 US$ = Rp.9,700! weleh..weleh. Bapak saya pasti kaget banget tahu ada jam Raymond Weil (yang teman saya sering bilang jam ceremeye) seharga Rp.18 juta!..

Saat sedang asyik-asyik browsing, terdengar suara announcer yang mengatakan bahwa pesawat yang akan saya naiki sudah mulai boarding dan saya melihat kembali kepada sang Don dan ternyata saya memang sudah harus angkat pantat dan masuk ke pesawat!

Setelah sampai di Medan saya mulai melakukan pekerjaan saya dengan mengunjungi kantor-kantor cabang yang ada di Medan dan tidak lupa makan siang mencoba makanan pesisir yang mayoritas berbahan ikan dan berbumbu rempah kental. Jam 16.00 setelah menyelesaikan tugas hari pertama, saya dan teman seperjalanan pulang ke hotel untuk istirahat.
Saat dikamar hotel yang nyaman (karena tepat dibawah jendela kamar saya adalah kolam renang!), saya mencoba memperhatikan kembali Sang Don terutama bagian lain yang tidak terlihat yaitu case back dan mesinnya. Mesinnya di supply oleh ETA dan dimodifikasi oleh RW sebagai RW Cal. 2200 yang memiliki power reserve 42 jam dan water resist 30m. Di case back ada jendela kecil terbuat dari sapphire crystal (begitu juga dengan penutup jam depan), sehingga saya bisa melihat pergerakan movementnya yang mungil.

Akhirnya setelah puas mengamati Sang Don (dan suasana kolam renang dibawah), saya memutuskan untuk mengerjakan sebentar pekerjaan kantor yang tertunda karena perjalanan ini. Namun untuk bekerja di kamar hotel saya perlu mengistirahatkan Sang Don dulu sebelum nanti saya ajak jalan kembali.

Senin, 13 Oktober 2008

"Palagan" Surabaya 28–30 Oktober 1945

Oleh DAUD SINJAL
Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November adalah untuk mengenang peristiwa heroik rakyat Surabaya melawan tentara Inggris. Namun perlu pula dikenang peristiwa yang mengawalinya. Pertempuran 28-30 Oktober 1945 merupakan "palagan" yang sebenarnya, di mana pasukan Indonesia memaksa Inggris mengibarkan bendera putih.
Tentara Inggris mendarat di Surabaya untuk menegakkan ketertiban dan keamanan, membebaskan semua tawanan perang Sekutu, mengevakuasi interniran, melucuti, dan memulangkan tentara Jepang. Pasukan yang dikirim ke Surabaya adalah Brigade ke-49, Divisi 23 India, di bawah komando Brigjen Mallaby. Kekuatannya 4.000 orang, terdiri dari batalyon Mahrattas dan Rajputana Rifles. Perwira-perwira komandannya campuran, Inggris dan India.
Pemerintah RI di Jakarta, meminta pemerintah daerah, TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan para pejuang di Surabaya menerima baik dan membantu kelancaran misi Inggris. Karena goodwill ini merupakan bagian dari langkah RI untuk mendapatkan pengakuan dari Sekutu, pemenang Perang Dunia II.
Pimpinan tentara Inggris, dua kali bertemu dengan pimpinan pemerintahan dan tentara Indonesia di Surabaya. Pertama pada hari pendaratannya, 25 Oktober 1945 dan kedua, 26 Oktober. Pertemuan berlangsung dalam suasana bersahabat. Namun pihak Indonesia memperingatkan tidak boleh ada satu pun Belanda membonceng pasukan Sekutu ini. Inggris menjamin hal itu tidak akan terjadi. Kedua belah pihak sepakat bekerja sama menjaga ketentraman dan ketertiban. Dan agar kerja sama bisa berjalan baik, dibentuk Contact Committee.
Provokatif
Mentaati niat baik pemerintah pusat, pimpinan perjuangan di Surabaya juga menunjukkan sikap yang luwes. Namun kelonggaran-kelonggaran yang diberikan itu dimanfaatkan Inggris untuk melebarkan dislokasi pasukannya sampai di luar kesepakatan bersama. Mereka antara lain memperkuat posisi di tempat- tempat strategis seperti lapangan terbang Tanjung Perak, perusahaan listrik ANIEM, stasiun kereta api, kantor pos besar dan stasiun radio di Simpang.
Sikap baik RI ini disalahgunakan pula oleh satuan intel brigade yang melakukan raid ke penjara Kalisosok, untuk membebaskan seorang kolonel angkatan laut Belanda (yang ditangkap pemuda saat menjalankan tugas untuk Sekutu) serta perwira-perwira dan staf RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoner of War and Internees) yang ditahan di situ. Inggris juga mengacau di Nyamplungan, menangkapi sejumlah pemuda dan Ketua BKR setempat, serta menyerobot kantor Polisi RI Bubutan dan penjara Bubutan.
Kepercayaan terhadap Inggris serta merta berbalik curiga, ketika pada pagi 27 Oktober, sebuah pesawat Inggris menyebarkan pamflet yang isinya menuntut rakyat menyerahkan kepada Inggris semua senjata dan peralatan militer. Yang tidak mematuhinya akan dihukum mati. Seruan ini dikeluarkan oleh Panglima Divisi ke-23, Mayjen Hawthorn (bermarkas di Jakarta dan wewenangnya meliputi Jawa-Bali-Lombok). Pihak Indonesia mencurigai keras Inggris tengah membuka pintu untuk Belanda kembali ke sini.
Pemimpin-pemimpin RI di Surabaya memperingatkan Mallaby bahwa leaflet Hawthorn dan perbuatan yang dilakukan pasukannya mengingkari perjanjian yang telah disepakati. Para pemuda Surabaya bereaksi dengan meringkus serdadu-serdadu Inggris yang menduduki Nyamplungan dan Bubutan. Sejumlah prajurit Inggris dan India yang sedang pesiar di kota juga diculik dan dibunuh. Sebaliknya, tanggal 28 Oktober, Inggris melakukan perampasan senjata dan mobil-mobil pemuda.
Sore harinya, pimpinan TKR memutuskan melakukan serangan umum terhadap semua posisi Inggris di Surabaya. Radio pemberontak berulang-ulang mengumandangkan panggilan pada rakyat untuk mengangkat senjata dan menyerang secara serentak kedudukan pasukan Inggris. Sore dan malam hari itu juga pecah pertempuran sporadis di berbagai tempat di kota.
Inggris Terjepit
Pertempuran besar meletus pagi 29 Oktober. Serangan fajar TKR dibuka pukul 05.00. Tembakan pistol, senapan, senapan mesin berat dan ringan sampai mortir saling bersahutan. Asap membumbung di atas kota Surabaya. Para tawanan perang dan kaum interniran yang sudah bergembira menunggu pembebasan mereka, kembali ciut hatinya, karena terkurung di tempat-tempat penampungan yang sekitarnya telah menjadi ajang pertempuran yang sengit.
Pasukan Inggris terjepit, bahkan seantero Brigade 49 ini terancam musnah. Kesalahan mereka adalah menganggap enteng perlawanan rakyat dan TKR, lalu menghadapinya dengan satuan-satuan kecil yang terpecah-pecah di berbagai tempat. Perbekalan pelurunya juga hanya untuk pertempuran garis pertama. Namun, begitu terdesak, mereka pun sulit mendatangkan bala bantuan, karena pasukan besar Inggris lainnya paling dekat berjarak 200 mil, yakni brigade yang berada di Semarang. Amunisi dan logistik tambahan yang didrop dari udara malah jatuh ke pihak RI.
Salah satu pertempuran dramatis berlangsung selama lima jam di jembatan Wonokromo, sebelum akhirnya pasukan Inggris kehabisan peluru. Dua peleton yang kebanyakan orang India terisolir dan terkepung di situ. Mereka nyaris dihabisi oleh massa rakyat yang tidak tahu hukum perang. Sejumlah serdadu India berteriak-teriak "Muslim, muslim..!", memohon jangan dibunuh.
Personel TKR sekuat tenaga mencegah pembantaian tersebut. Sisa-sisa pasukan Inggris-India itu dilarikan ke Tanjung Perak dengan truk TKR yang mengibarkan bendera putih. Kekalahan di Wonokromo ini membuat kekuatan Inggris terpotong dua. Satunya yang bertahan di kota dan lainnya di sekeliling markasnya di Tanjung Perak
Kali Mas yang membelah kota menjadi saksi keganasan perang ini. Di sungai yang keruh itu mengambang mayat-mayat tentara asing tersebut, sebagian tanpa kepala atau anggota badan lainnya. Menurut sumber Inggris, korban di pihak mereka 200 orang tewas atau hilang, dan 80 luka-luka. Yang memilukan adalah nasib ratusan interniran yang terdiri dari perempuan dan anak-anak. Konvoi truk yang mengangkut mereka dari kamp Darmo terjebak di daerah pertempuran, dan menjadi sasaran amukan laskar rakyat.
Panglima Tentara Sekutu di Indonesia (AFNEI - Allied Forces Netherlands East Indies), Letjen Sir Philip Christison berusaha menyelamatkan pasukannya di Surabaya dengan meminta pemimpin RI di Jakarta turun tangan. Atas permintaan Christison, 29 Oktober petang Presiden Soekarno, terbang ke Surabaya, didampingi Wakil Presiden Hatta dan Menteri Pertahanan Amir Sjarifudin. Pagi 30 Oktober, Bung Karno bersama Mayjen Hawthorn dan Brigadir Mallaby mengadakan perundingan damai dengan para pemimpin pejuang di Gubernuran Surabaya.

Dikutip dari "Menjadi TNI", buku biografi Himawan Soetanto yang tengah disusun oleh penulis.

Soekarno - Ibrahim di Taiping

Oleh : Rosihan Anwar
Insinyur Soekarno, Drs Mohammad Hatta, dan Dr Radjiman Wediodiningrat, setelah mengunjungi Marsekal Terauchi di Dalat membicarakan soal kemerdekaan Indonesia, tiba kembali di Lapangan Terbang Kemayoran pada 13 Agustus 1945. Kemudian, Soekarno berpidato di depan rakyat yang menyambutnya. Ia mengatakan, "Sebelum jagung berbunga, Indonesia pasti merdeka." Sejarawan Dr Rushdi Husein memberikan kepada saya kliping koran Asia Raja, 16 Agustus 1945, dan di situ ada wawancara dengan Soekarno-Hatta. Antara lain mereka bilang: "Dalam perjalanan pulang kami berjumpa dengan Letnan Kolonel Ibrahim Yaacob dan beberapa opsir Giyuugun lainnya, dan berjumpa pula dengan Dr Gaos Mahjoedin. Mereka menyatakan bahwa rakyat di tanah Melayu ingin bersatu dalam negara Indonesia."
Ibrahim Yaacob, pemimpin Kesatuan Melayu Muda (KMM) yang didirikan, 1938, lahir pada 1911 di Temerloh, Pahang. Leluhurnya berasal dari Bugis. Lulus dari Sultan Idris Training College, 1931, pada usia 29 tahun Ibrahim menjelma sebagai nasionalis radikal yang mengagumi Soekarno. Pada 1941 dengan bantuan uang dari Konsul Jenderal Jepang di Singapura, Ibrahim membeli surat kabar Melayu di Singapura Warta Malaya. Ketika pecah Perang Pasifik 7 Desember 1941, Ibrahim bersama 110 anggota KMM dipenjarakan oleh Inggris. Tentara Jepang mendarat di pantai timur semenanjung Melayu dan pemuda-pemuda dari KMM menjadi pandu penunjuk jalan dan juru bahasa bagi tentara Jepang. Sebagaimana Jepang di Jawa membentuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan di Sumatera, Giyuugun, maka juga di Malaya dibentuk Giyuugun. Ibrahim dilatih selama enam bulan dan sebelum Juni 1944 dia dilantik sebagai Komandan Giyuugun dengan pangkat Letnan Kolonel. Demikian Cheah Boon Kheng dalam makalahnya. Pada bulan-bulan awal 1945, kelompok KMM yang diilhami oleh perkembangan politik di Pulau Jawa, di mana Soekarno diberi ruang gerak lebih luas, menyusul janji kemerdekaan oleh PM Koiso 7 September 1944, menghidupkan cita-cita pan-Indonesia merdeka dan mulai memberikan dukungan kepada gagasan Indonesia Raya. Untuk menjamin bahwa Malaya dimasukkan ke dalam program Indonesia untuk kemerdekaan, Ibrahim mengutus tiga wakilnya ke Jakarta untuk bertemu dengan Soekarno. Di Jakarta, Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia membicarakan tapal batas negara Indonesia mendatang, apakah berupa bekas Hindia Belanda, atau bekas Hindia Belanda ditambah dengan Malaya, Niauw Guinea, Borneo Utara dan Timor Timur Portugis. Ataukah bekas Hindia Belanda minus Niauw Guinea. Muhammad Yamin menganjurkan alternatif kedua, yakni Indonesia Raya. Soekarno setuju dan pada pemungutan suara 39 dari 62 anggota Badan tersebut memilih Indonesia Raya.
Pada 8 Agustus 1945, satu delegasi Indonesia terdiri dari Soekarno, Hatta, dan Radjiman, pergi ke Saigon menemui Marsekal Terauchi. Dalam perjalanan pulang ke Indonesia pada 13 Agustus delegasi itu mampir di Taiping dan di sana bertemu dengan Ibrahim Yaacob, yang memberitahukan kepada Soekarno dan Hatta bahwa orang-orang Melayu ingin mencapai kemerdekaan bagi Malaya (tidak termasuk Singapura) di dalam rangka Indonesia Raya. Dia mengusulkan agar kemerdekaan Malaya juga diumumkan akhir Agustus. Soekarno yang duduk di samping Hatta terharu oleh antusiasme Ibrahim. Dijabatnya tangan Ibrahim, lalu berkata "Mari kita ciptakan satu tanah air bagi mereka dari keturunan Indonesia". Ibrahim menjawab "Kami orang Melayu akan setia menciptakan ibu negeri dengan menyatukan Malaya dengan Indonesia yang merdeka. Kami orang- orang Melayu bertekad untuk menjadi orang Indonesia".
Semua itu tidak sampai terjadi. Jepang kalah perang dan menyerah 15 Agustus. Ibrahim diperintahkan untuk membubarkan Giyuugun. Cita-cita Indonesia Raya ambruk. Tanggal 19 Agustus dengan pesawat Jepang Ibrahim terbang ke Jakarta bersama istrinya, iparnya Onan Haji Siraj dan Hassan Hanan. Setibanya di Jakarta, Soekarno mengatakan kepada Ibrahim bahwa gagasan memasukkan Malaya tidak mudah karena kita harus berkelahi dengan Inggris dan Belanda, pada waktu yang bersamaan. Tapi, Soekarno menyarankan agar Ibrahim dan rekan-rekannya bergabung dalam perjuangan di Jawa untuk mencapai cita-cita Indonesia Raya. Sejak itu Ibrahim mengalami hidup sebagai seorang yang diasingkan, dan baru 1973 dia menginjakkan kakinya lagi di bumi Malaysia. Sebelum itu, dia tidak bisa kembali, karena dilarang oleh pemerintah Malaysia. Pada November 1955, kurang lebih dua tahun sebelum Malaya merdeka, Tengku Abdul Rachman sebagai Chief Minister Malaya mengunjungi Jakarta atas undangan Presiden Soekarno. Ibrahim bertemu secara informal dengan Tengku, waktu itu, tapi pendirian mereka sangat berbeda. Tengku mau Malaya merdeka dalam Commonwealth Inggris. Ibrahim mau Malaya merdeka melalui bergabung dengan Indonesia dalam rangka Indonesia Raya. Di bawah perlindungan Soekarno, Ibrahim diangkat sebagai anggota parlemen Indonesia di mana dia dikenal sebagai Iskandar Kamel. Ketika Soekarno jatuh dari kekuasaan, pasca-G-30-S, 1965, Ibrahim melepaskan politik dan memulai Bank Pertiwi di mana dia jadi Dirut sampai tutup usia di Jakarta, 8 Maret 1979. Ibrahim Yaacob dimakamkan di Kalibata sebagai tanda bahwa Indonesia menghormatinya sebagai seorang patriot. Inilah kisah Ibrahim Yaacob, pemimpin Melayu yang bertemu dengan Soekarno-Hatta di Taiping Agustus 1945 untuk membicarakan cita-cita Indonesia Raya yang tidak pernah terwujud.
*Penulis adalah wartawan senior. *foto : pertemuan Taiping. *Tulisan dari Suara Pembaruan 26 Agustus 2008

Minggu, 12 Oktober 2008

SEIKO 'Monaco' Automatic Chronograph

Para penggemar Seiko mengatakan bahwa Seiko tipe ini merupakan 'the must have' karena desainnya unik. Orang sering menyebut seiko ini sebagai Seiko 'Monaco' karena desain casing menyerupai Heuer Monaco di era 70-an.

Ada beberapa variasi desain untuk dial dan sampai saat ini saya baru bisa mendapatkan 2 buah. Koleksi yang terakhir ini memiliki warna dial biru tua dengan jarum sub register putih dan kuning (tumpuk).


Kamis, 09 Oktober 2008

OMEGA Seamaster Cal.503

Tepat sehari sebelum libur lebaran saya sowan ke tempat seorang rekan untuk bersilaturahmi. Tidak disangka-sangka saya melihat Omega cantik ini ditempatnya. Kebetulan hari itu seseorang baru saja menjual beberapa jam kepada dia dan salah satunya adalah Omega ini. Akhirnya saya putuskan untuk membelinya!

Omega ini masih disertai dengan original buckle Omega keluaran lama. Ini bisa dilihat dari desain logo Omega yang menonjol dan besar. Tali kulit menggunakan tali generik berwarna hitam.

Seamaster ini berukuran lebih besar dari kebanyakan seamaster yang saya temui dan miliki. Mungkin lebih lebar 1 atau 2mm. Pada caseback tergrafir logo seamonster. Dari kondisi caseback dan sudut-sudut jam sepertinya jam ini belum pernah dipoles atau setidaknya jarang kena poles karena sudut-sudutnya masih terlihat tegas.

Saat caseback dibuka terlihat movement cal.503 dalam kondisi yang sangat bersih! Wow!..
Kondisi caseback juga masih terlihat sangat bersih..


ROLEX 6609 Thunderbird Ca.1958

Sulit rasanya melepaskan pandangan dari Rolex ini. Kombinasi antara bezel gold dengan dial putih merupakan kombinasi yang sangat menyenangkan dilihat.

Rolex ini adalah Rolex Datejust 6609 yang sering disebut sebagai Thunderbird karena jam tipe seperti ini dahulu pernah digunakan oleh squadron penerbang Thunderbird. Saat ini tipe yang lebih baru disebut sebagai Turn-O-Graph.

Movement automatic cal.1065 dalam kondisi yang masih sangat bagus dan terawat. Pada gambar diatas jam ini masih dilengkapi dengan rantai jubille asli bawaan. Tipe rantainya tipis dan terasa nyaman kalau dikenakan. Tapi sayang saya tidak begitu suka dengan rantai kombinasi.

Pada inside caseback terdapat no ref jam ini 6609 dan tahun produksinya yaitu kwartal 1 tahun 1958. Apabila diperhatikan dengan seksama, pada inside case back ini juga terdapat beberapa goresan angka-angka yang menunjukkan bahwa jam ini secara rutin di service di Rolex service centre.

Kondisi casing secara umum masih cukup bagus walau ada beberapa bagian yang tergores-gores. Kondisi bezel masih sangat bagus. Tulisan ROLEX masih menggunakan huruf Arial timbul dan bukan sablon seperti desain setelahnya, warna huruf kuning. Kalau diperhatikan lebih seksama huruf "J" pada tulisan Datejust juga berbeda. Huruf J dalam jam ini tidak memiliki 'atap'.
Jarum menggunakan model dauphine hands berwarna gold senada dengan warna index yang berbentuk seperti peluru. Sistem penanggalan berbeda warna antara tanggal genap dan ganjil. Untuk genap berwarna Merah dan tangal ganjil berwarna Hitam (Roullete Date).

Semula saya menyangka kalau dial pada jam ini bukanlah asli versi 6609 karena tidak berbentuk 'pie pan' melainkan rata. Setelah melakukan beberapa kajian di internet terhadap jam serupa dan menanyakan kepada beberapa rekan, ternyata memang desain dial untuk 6609 tidaklah pie pan melainkan hampir rata. Dial ini seperti juga yang digunakan di Datejust tipe 6605.

Sabtu, 04 Oktober 2008

OMEGA Seamaster Bumper Cal.354 Gold Top

Omega ini menggunakan automatic bumper movement cal.354. Desain casing heavy lugs (kaki-kaki yang besar) menambah kesan gagah dan seluruh permukaan casing dilapisi oleh gold 18K. Desain dial sangat sederhana dan bersih, hanya menggunakan indeks berbentuk lancip dan pada dial ada cross hair.

OMEGA Seamaster Chronometer Cal.564

Mata saya tidak bisa lepas dari Omega yang satu ini ketika begitu banyak jam Omega yang diletakkan di meja. Sebelumnya saya sudah memiliki Omega Seamaster chronometer dengan cal.751 (lihat posting sebelumnya) dengan dimensi yang besar dan gagah. Seamaster chronometer ini berbeda sekali. Desainnya cenderung manis dan lebih klasik. Sebelumnya saya hanya melihat jam tipe ini di internet dan forum-forum Omega tapi saat itu jam ini ada di depan mata saya!

Dalam sebuah artikel di internet saya pernah membaca bahwa Omega Seamaster dengan grade mesin chronometer tidak banyak beredar. Omega tipe ini mengadopsi mesin dari seri constellation. Entah ada tujuan dari segi bisnis atau tidak tapi Omega pernah mengeluarkan beberapa tipe desain yang berbeda dengan mesin yang sama dengan yang digunakan pada seri constellation.

Seamaster constellation ini masih sangat bagus kondisinya dan segala komponen-nya masih original kecuali tali kulit. Dial putih bersih dan cenderung ke arah silver. Indeks menggunakan balok berwarna silver dan jarum model dauphine dengan garis di tengah berwarna hitam. Sangat klasik!

Semula jam ini maih menggunakan rantai original dengan desain model beras. Namun si empunya meminta rantai untuk ditinggal saja dan saya diberi tali kulit generik model kulit kadal.

OMEGA Seamaster cal.562 with rose gold marking

Saya menyebut Omega ini sebagai omega yang cantik. Saya jatuh cinta begitu jam ini diperlihatkan dan langsung saya pegang,"Yang ini kalau mau dijual harus ke saya!". Dan ternyata keinginan itu kesampaian juga!.

Saya sebut cantik karena penampilan keseluruhan yang klasik dan kalem. Indeks balok dan arabic number semua berwarna rose gold, begitu juga dengan warna untuk jarum jam dan menit. Warna dial putih semua krem sehingga sangat pas dengan penampilan indeks yang berwarna rose gold. Kondisi masih belum pernah dipoles sehingga kalau anda lihat dari dekat (klik gambar diatas) akan masih terlihat sudut-sudut yang masih siku. Saya belum sempat membuka jam ini untuk melihat mesinnya, dan si empunya bilang bahwa mesin jam ini dijamin masih kinclong! kemungkinan mesinnya ber cal.562.

Kondisi jam masih sangat mulus dan semua komponen masih original kecuali tali kulit.

Jumat, 03 Oktober 2008

OMEGA Seamaster with Textured Dial

Omega Seamaster ini berpenampilan sangat klasik. Semula saya kira kondisi dial sudah pernah digosok sehingga kelihatan tidak mulus tapi ternyata dial-nya memang berdesain hatch textured dial, seperti motif tikar dengan corak garis yang bersilangan diagonal dengan warna silver. Kondisi masih sangat bagus, belum pernah dipoles dan semua komponen original kecuali leather strap.

Logo seamonster di case back berukuran besar dengan motif grafir yang terlihat tegas. Untuk membuka case back harus dicongkel.