Senin, 31 Desember 2007

Last breakfast in 2007 (31/12/07)

Pada tanggal 31 Desember beberapa rekan penggemar jam antik mengadakan "breakfast meeting" yang terakhir di tahun 2007. Kegiatan kali ini dilakukan mendadak sehingga tidak sempat untuk mengundang rekan-rekan lain sesama penggemar jam antik. Pagi itu masing-masing membawa beberapa koleksinya.

Jam 8 tepat sudah berkumpul di Daily Bread Wisma Metropolitan Sudirman, beberapa rekan yang sempat dihubungi dan menyatakan kesanggupan untuk datang. Masing-masing adalah Pak Acil, Bang Marga, Bung Arif (Blog owner) dan Reza.
Pagi itu ternyata jumlah koleksi yang terkumpul sekitar 40-an jam antik dari rentang tahun 1930 sampai tahun 80-an. Setelah berbasa-basi sebentar dan memesan minuman, masing-masing membuka satu persatu koleksi yang dibawa dan diletakkan begitu saja di meja.

Bapak Ibu sekalian, inilah "kembang" dalam pertemuan pagi itu: Rolex vintage! Dari atas searah jarum jam: Rolex 6494 manual-dark brown dial produksi sekitar tahun 1947, 6534 automatic-white dial dari tahun akhir 50-an, 6694 manual-black matte dial tahun 70-an awal, 1675 GMT black bezel dari awal 70-an, 6609 early Thunderbird-automatic white dial produksi 60-an, Bubble back solid gold dari tahun 40-an dan 16013 dengan gold dial dan hand painted roman number-automatic produksi 80-an.

Pagi itu para member banyak mendiskusikan beberapa jenis jam antik yang unik dan menarik. Masing-masing sharing pengetahuan tentang jam yang didapat dan juga memberikan komentar dan pandangan mengenai masing-masing koleksi yang ada di meja. Pak Acil dengan antusias memberikan penilaian dan pandangannya mengenai jenis Rolex dan Omega yang dibawa oleh salah satu member pagi itu.

Ada "kejutan" kecil pagi itu dengan hadirnya 3 generasi Seiko GMT. Dari arah kiri adalah Seiko GMT Navigator Timer cal.6117 dengan GMT bezel yang berwarna hitam dan lengkap dengan rantai original, Seiko GMT Navigator Timer blue and red bezel cal.6117, keduanya adalah Seiko GMT generasi ke-3. Kemudian berikutnya generasi ke-2 yaitu Seiko World timer orange hand cal.6117 dan terakhir yang merupakan generasi pertama adalah Seiko World timer cal.6217 dengan dark grey dial. Kesemua Seiko GMT ini dalam keadaan mulus!

3 orang member ternyata memiliki kesukaan yang sama terhadap model Seiko yang satu ini: Seiko automatic chronograph "Mickey Mouse" dan masing-masing (kecuali milik bung Arif) membawa serta pasangannya: Black and Brown Mickey! Semua Seiko Mickey Mouse ini dalam keadaan mulus dan terutama Black Mickey milik Bang Marga kondisinya New Old Stock (NOS)!

Untuk dapat melihat dengan jelas detail dari masing-masing jam antik ini, Bang Marga sengaja membawa serta kaca pembesar (magnifier) dan tools untuk pembuka casing untuk melihat movement. Seluruh koleksi yang dibawa memiliki dial yang orisinil dan tidak ada yang re-painted, meskipun dial tersebut sudah berubah warna karena usia namun tetap dipertahankan keasliannya.
Diskusi semakin menarik dan tanpa terasa sudah hampir 2 jam waktu berlalu dan pukul 10 pagi kurang 5 menit acara selesai. Beberapa koleksi akhirnya berpindah tangan pagi itu antar sesama member.
Catatan akhir:
Koleksi-koleksi yang kami miliki tidak semuanya berharga mahal karena bagi kami mahal atau murah bukan hal penting. Bagi kami yang paling penting adalah kepuasan hati dan karena memang kami membeli yang kami suka tanpa ada "paksaan" pada merek-merek tertentu.
Daily Bread, Wisma Metropolitan Jakarta 08.00 - 09.55 WIB.

Selasa, 25 Desember 2007

Group shots from the Forum

Selama mengikuti beberapa forum jam antik di negara tetangga, saya mendapat banyak gambar-gambar koleksi jam dari member dalam forum tersebut dan disini saya akan berbagi gambar dengan anda..

1. Ini orang maniak banget dengan SEIKO, semua jenis seiko vintage dia kumpulkan dan hasilnya? butuh satu ruangan khusus untuk menyimpan semua koleksinya yang berjumlah ratusan!


2. Orang ini aneh karena dia memiliki begitu banyak kotak dan surat-surat Rolex vintage, hampir semua jenis dia punya. Mungkin orang ini low profile jadi hanya kotak dan surat Rolex-nya aja yang ditampilkan dan jamnya disimpan.


3. Seorang penggemar Seiko vintage lainnya dan dia juga penggemar leather strap karena tidak ada koleksinya yang menggunakan bracelet.

4. Koleksi "sederhana" dari OMEGA vintage.


5. Fan berat dari OMEGA Chronostop dengan berbagai macam variasi dial dan strap.


6. Nah kalau ini sudah kelas kakap! lihat saja koleksinya, beberapa brand high end dia punya...


7. Walau koleksinya cuma sedikit tapi dia fokus hanya pada seri chronograph yang diproduksi sekitar taun 40 - 50an saja dan yang lebih penting lagi..semuanya mulus!


8. Seiko Diver big fan!


9. Orang ini sangat tergila-gila dengan RADO


10. Kalau anda perhatikan jenis OMEGA yang dikoleksi ini diproduksi sebelum dan sekitar tahun 1950-an

11. Ternyata Seiko 1st quartz chronograph memiliki banyak varian, tapi ternyata dia belum punya tipe seperti yang saya miliki (lihat posting sebelumnya) :-)


12. Nah kalau yang ini penggemar berat ROLEX Sport ! kalau dana saya tidak terbatas saya juga pasti ngumpulin jam-jam seperti ini...


Kalau anda ingin berbagi gambar koleksi jam anda (group shot only), silahkan kirim gambar kumpulan koleksi anda ke acing2000@yahoo.com. Identitas bisa disamarkan kalau anda keberatan untuk di-ekspose.

Group shots on Christmas!

Untuk mengisi liburan Natal, saya mengisinya dengan melihat kembali koleksi-koleksi yang ada di koper saya, membersihkan yang kotor, mengguncang-guncang agar movement-nya bergerak dan mencoba bermain-main dengan Kodak Z730 saya, dan inilah hasilnya...







SELAMAT HARI NATAL 2007 (bagi yang merayakan)
DAN TAHUN BARU 2008

CITIZEN "Bullhead" Automatic Chronograph

Jam ini bentuknya unik karena memiliki kenop chronograph dan crown diatas angka 12 dan penunjuk hari dan tanggal yang disusun vertikal diatas angka 6. Sama dengan "abang"nya Seiko, tipe ini sering disebut sebagai tipe "Bullhead" atau "Mickey Mouse". Kalau secara pribadi saya melihat desain Citizen ini memang mirip kepalanya Mickey Mouse.

Berpenggerak automatic movement cal.8110 dengan 23 jewels, jam ini termasuk bandel karena cal.8110 termasuk movement automatic chronograph yang baik. Ukuran jam ini tidaklah besar hanya sekitar 37mm dan bila saya kenakan kayaknya kok agak "wagu" (nggak pantes, tanggung)..

Beda dengan pendahulunya SEIKO Bullhead, dimensi Citizen ini lebih kecil. Kalau kita lihat perbandingannya pada gambar dibawah, perbedaannya cukup signifikan (difoto memang kayak abang-adik ya..). Kedua jenis Bullhead ini diproduksi sekitar awal tahun 70-an.

Senin, 24 Desember 2007

Buku Long March SILIWANGI

0leh Bambang Hidayat
Limapuluh sembilan tahun yang lalu terlukis saat bersejarah bagi Republik Indonesia dan bagi Divisi Siliwangi, walau harus diakui dan disadari bahwa kedua peristiwa itu sebenarnya masih terdapat dalam satu bingkai perjuangan menegakkan negara Indonesia. Bagi Republik Indonesia yang muda peristiwa penerjunan para Belanda di lapangan Terbang Maguwo, sambil menewaskan tidak kurang dari 60 orang satria muda, merupakan catatan hitam dalam lembar perjuangannya. Catatan hitam karena dadakan aib pihak Belanda telah mencoreng upaya perundingan diplomatik, yang masih dalam fase penyelesaian, antara kedua negara yang bersengketa. Aib atau tidak, adalah hal yang subyek pada penilaian dalam suatu persengketaan yang melibatkan prinsip hidup dan manusiawi masing-masing, Indonesia harus membebaskan diri dari belenggu penjajahan, suatu pekik perjuangan hidup yang tidak dapat ditawar lagi demi masa depan. Sedangkan Belanda, yang sudah merasakan nikmatnya mempunyai koloni subur-makmur enggan mundur. Bahkan kata bersayap kaum konservatif di Belanda selalu mendengungkan ketakutan “Indie verloren ramspoed geboren” (kehilangan Indie, yakni Indonesia, terjadilah malapetaka).Entah karena tujuan idiil atau karena arogansi dan kekurangpahaman sejarah Belanda mempertahanakan pendapatnya itu dan mempunyai konsiderans dengan latar belakang abad sebelumnya menuntun tindakannya ingin menguasai kembali Indonesia .Dari negara yang terjajah (oleh Jerman) dua tahun sebelumnya kembali ingin mengetrapkan penjajahan koloninya yang lama dan yang telah berubah karena siraman nasionalisme.
Pada tanggal 18 Desember 1948 jam 23:55 wakil Indonesia di “Batavia” (walau sebenarnya sudah semenjak April 1942 oleh Pemerintahan Balatentara Dai Nippon nama itu diganti menjadi Jakarta—suatu tindakan Jepang untuk menarik hati rakyat) Bapak Yusuf Ronodipuro diberitahu oleh pihak Belanda tentang pembatalan (sepihak) perundingan diplomatik Indonesia-Belanda. Pembatalan itu adalah tanda awal serangan Belanda menuju ke jantung Indonesia (Yogyakarta) pusat spirit perjuangan dan Pemerintahan Republik Indonesia. Pada lewat tengah malam,beberapa menit setelah pembatalan perundingan, KST (Korps Speciale Troepen—dulu dibawah Kapten Westerling) sudah meramaikan Lapangan terbang Andir untuk siap diterjunkan ke Yogyakarta. Panglima tentara kerajaan Belanda, Jendral Simon Spoor sudah hadir disana dengan keinginan keras untuk terjun ke Yogya. Hanya nasihat Wakil Tinggi Mahkota Beel, yang mengundurkan niatannya terjun tetapi dia tetap ikut dalam sorti subuh menuju ke Yogya serta ikut berputar-putar dengan berakhir mendarat di Lapangan Kalibanteng, Semarang. Dari sana dia memonitor gerakan besar tentaranya, yang terdiri dari satuan KL maupun KNIL dan mengawasi pembentukan jembatan-udara Semarang-Yogya. Kita menamakan serangan Yogya itu, sebagai wajarnya, Perang Kolonial II, atau Perang Kemerdekaan II—yang akirnya membawa keluruhan Belanda setelah melalui jalan panjang politik. Namun sampai saat ini pihak Belanda masih sering menyebut aksi tersebut sebagai aksi polisionil suatu terminologi perolehan dari diplomat Belanda van Kleffens. Nama euphimistik itu disembulkan tidak lain untuk mengelabui dunia agar tampak seolah Belanda sedang menghadapi persoalan dalam-negeri mengejar “bandit” dan “teroris”. Padahal yang mereka hadapi adalah pejuang-sadar untuk merebut kemerdekaan bagi bangsanya. Orang seperti Poncke Princen sudah jauh hari mengetahui nilai perjuangan orang republik berkat pergaulannya dengan “seniman Senen”,yang menubuhkan kesan bahwa perjuangan itu adalah perjuangan-sadar dan terarah kaum terpelajar, tidak hanya oleh massa. Dalam bukunya ”een kwestie van keuze(2002)” dia menyatakan bahwa dia tak tahan melihat konservatisme sebagian bangsanya dan, karena itu, dia menyeberang kepihak Indonesia, bergabung dengan Batalion Kemal Idris di Pati pada bulan November 1948). Dia ikut long March Siliwangi ke Jawa barat. Dalam perjalanan bersama dengan tentara dan keluarga Siliwangi itulah dia memperoleh kepercayaan yang makin tebal bahwa perang kemerdekaan kita dimotori oleh idealisme kejiwaan yang kokoh, bukan sekedar berperang mengusir orang kulit putih.
Walaupun orang menggenggam diktum-adi bahwa perang adalah kepanjangan tangan diplomasi, tetapi perundingan berkepanjangan dapat melelahkan dan mengendurkan syaraf rasional serta menutup mata dan hati nurani melihat opsi yang mungkin lebih konstruktif. Nasionalisme Indonesia yang telah terkembang semenjak tahun 1928 sudah tidak dapat menunggu lagi untuk membebaskan negaranya dari belenggu penjajahan. Karena itu pemilihan untuk memproklamasikan negara nya menjadi merdeka hanya merupakan akibat logis dari rasionalitas itu, dan juga tidak bertentangan dengan semangat Atlanctic Charter yang mendorong tumbuhnya negara merdeka bebas dari penghisapan bangsa lain. Itu adalah alasan kemanusiaan, kebangsaan Indonesia yang dalam waktu singkat mengecambah menyembul ke permukaan arena politik dunia . Divisi Siliwangi yang merupakan subset penting dan aset herharga bangsa ini mempunyai cita-cita yang didukung keluhuran nilai, serta ketaatazasan prajurit bersedia mengikuti amanat Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia dan Panglima Siliwangi yakni—teruskan perjuangan dan kembali ke wilayah gerilya di Jawa Barat (tanggal 19 Desember 1948). Jawa Barat telah mereka tinggalkan 1 tahun sebelumnya, meninggalkan kantong-kantong perjuangan dan gerilyanya. Perjalanan patuh meninggalkan palung perjuangannya itu adalah hijrahnya sebuah Divisi—suatu entitas besar yang di kerjakan dengan seksama dan dengan ketaatan. Dapatkah kita membayangkan, sebagai restropek, apa yang akan terjadi dengan muka Republik Indonesia jika Divisi tangguh itu menolak perintah untuk dihijrahkan? Bukankah itu merupakan tamparan muka bagi negara?. Mereka tentunya akan diterima dengan tangan terbuka serta memperoleh tempat nyaman yang tersediakan oleh golongan yang membelai gagasan separatisme untuk mengoyak tubuh republik muda. Beruntunglah kita, bangsa Indonesia, Divisi tangguh itu mendahulukan dan mengedepankan kepentingan yg lebih besar dari bangsanya, menapis kepentingan dirinya sesaat. Ini harus dicatat di dalam jurnal perjuangan Republik Indonesia, sebagai tindak ksatria yang mendahulukan kepentingan bersama, setia kepada pekik perjuangan bersama.
Tatkala Negaranya hendak ditelikung, dan kedaulatannya hendak dihempaskan sekali lagi divisi ini memperlihatkan kepatuhannya kepada perintah dan siasat perang, dengan mengikuti pola Wingate berjalan menuju ke basis gerilyanya, berjalan tanpa logisitk memadai atau tidak sama sekali, sejauh rata-rata 450 kilometer melewati ngarai, lembah, gunung dan intaian serta jebakan musuh setiap saat. Kita harus mewadahi alur pikiran kita untuk mengerti dan merasakan betapa sulitnya perjalanan jauh itu , dengan keikut sertaan keluarga pejuang, tua dan muda, tanpa mengetahui sediaan makanan atau sarana kesehatan yang tersedia didepannya. Heroik sekali.
Buku yang ditulis oleh Himawan Sutanto mengulas dengan detail perjalanan panjang melalui ruang dan waktu ( 2 bulanan) hampir seluruh komponen yang kembali dari diaspora, mengikuti perjalanan pulang kewilayah yang terjanjikan—bukan the land of milk and honey, tetapi sebuah tanah air miliknya yang merdeka. Dan dinukilkan dengan hidup kesulitan yang dialami beberapa kesatuan setelah tiba diwlilayahnya sendiri: Mereka sering harus menghadapi dua buah front. Yang satu sudah jelas front ciptaan Belanda yang ingin memerintah kembali Jawadwipa, bahkan Indonesia. Tantangan dan garis batas itu mereka terjang secara berani, taat azas dan, yang penting, dengan perhitungan perang. Tetapi, sayangnya, ada front lain berujud garis sengketa dan pertempuran ciptaan bangsanya sendiri (DI/TII) yang ingin mendirikan kekuasaan atas dasar falsafah sektoral. Peracunan, penelikungan, serangan fajar, dan pembiusan dilaksanakan oleh bangsa sendiri terhadap satuan TNI, demi memperoleh kesenjataan Siliwangi dan demi peluruhan semangat Republiken yang prima. Disini kami boleh mencatat kegigihan Siliwangi, seiring dengan pengorbanan besarnya,untuk tetap mempertahankan Negara Republik Indonesia.
Kita mencatat peristiwa-peristiwa yang dapat mematahkan semangat dan hanya bisa ditanggulangi dengan serat otak yang membaja Mengenaskan karena Divisi Siliwangi; satu tahun sebelumnya di daerah hijrah sering memperoleh hinaan atau cemohan sebagai “SLW” (bulan akronim Siliwangi, tetapi Stoot Leger Wilhelmina, tentara penyerang Wilhemina ratu Belanda di kala itu). Persenjataan lengkap, ditambah disiplin tinggi dengan seragam yang relatif baik membuat ikon menjadi lebih menonjol– tentu saja bagi mereka yang iri dan tidak tahu betapa pedihnya hati prajurit.—yang terpaksa pergi meninggalkan daerah perjuangannya bukan karena kalah perang tetapi karena strategi militer dan politik menghendakinya. Itulah manifestasi kepatuhan perjuangan. Di atas semua itu, seperti yang penulis saksikan, beberapa perwira Siliwangi, karena pendidikan di Bandung, fasih mempergunakan bahasa “musuh”, Belanda, dan terdiri dari beberapa suku yang telah menyatu dalam ikatan jiwa republiken. Itu semua dipergunakan oleh penentang keberadaanya sebagai “petunjuk” keberadaan “SLW”. Kita beruntung bahwa kepedihan hati diimbangi dengan rasionalitas tinggi, kejiwaan matang serta pandangan jauh ke depan. Bahkan tanpa ragu Siliwang membantu Pemerintah menggulung dan menghancurkan pemberontakan yang disulut oleh elemen-elemen anti Republik Indonesia.
Reorganisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) pada tahun 1948 yang dimaksudkan untuk membuat tentara Nasional Indonesia lebih efektif mempunyai efek samping yang menimpa tubuh Siliwangi.Upaya Pemerintah untuk memperkuat tubuh tentaranya menjadi lebih profesional memang berdampak pada Siliwangi. Beberapa orang pemuda dan pemudi yang dengan jiwa murni ikut hijrah, lalu tersisih akibat Re-Ra. tersebut. Hal seperti ini perlu memperoleh telaah lebih lanjut.untuk mengetahui berapa orang sebenarnya yang menderita akibat keinginan baik Re-ra tersebut. Dan,lebih penting lagi untuk mengetahui karier hidup mereka di kemudian hari—suatu pekerjaan sukar dan ambisius pada 60 tahun pasca kejadian, tetapi bukannya tidak mungkin untuk dibukukan.
Buku Himawan Susanto ini memenuhi semua syarat historiografi, ilmiah, Referens, kecuali beberapa kekurangcermatan menulis, tersusun rapi,menuruti hampir semua standar baku; berita, dan beberapa surat keputusan yang bertautan dengan masalahnya tersedia merupakan acuan bagi penulisan itu dan bagi sejarawan muda yang di masa yang akan datang. Hasil interview menjadi imbuhan subtansil kelengkapan buku itu dengan catatan kaki dan terjemahan teks berbahasa Belanda yang mapan dan logis. Penterjemahan yang baik dan tepat perlu tersedia bagi generasi muda yang kebetulan tidak memperoleh kesempatan mempelajari bahasa Belanda. Ini bukan untuk mengagungkan Belanda tetapi mengingat kenyataan bahwa masih banyak jurnal dan penulisan periode sengketa fisik Indonesia-Belanda tertulis dalam bahasa tersebut. Himawan Sutanto, merupakan salah seorang pelaku epoch heroik longmarch Siliwangi tetapi, dalam bukunya itu, dia menjauhkan diri dari peristiwa dengan menempati kursi terhormat sejarawan dan pengamat. Namun di beberapa tempat, dia rupanya lupa, karena intimitas dengan subyeknya menyebutkan nama orang dengan panggilan “Pak”( umpama, “Pak” Kemal Idris,) bukan Mayor Kemal Idris sebagai lazimnya penulisan jurnal peristiwa oleh orang ketiga—pengamat. Lain halnya kalau penulisan itu merupakan “petit histoir”, pengalaman pribadi.
Banyak peristiwa penting tercatat di dalam buku itu. Salah satunya yang menurut hemat penulis sedikit menyimpang dari normaliter organisasi adalah pengangkatan panglima divisi, ketika panglimanya, Letkol. Daan Yahya jelas diketahui telah tertawan oleh Belanda. Wakil KSAP T.B. Simatupang, yang selama 4 hari mengikuti sepak terjang Divisi dari dekat, menunjuk Letkol. Sadikin menjabat Panglima Siliwangi. Keputusan darurat itu diambil karena memang ketiaadaan alat komunikasi dengan satuan lain dan demi mempertahankan keutuhan serta dinamika Siliwangi yang sedang bergerak.Tetapi Kepala Staf Angkatan perang ditempat lain yang berjarak kurang dari duaratus kilometer menunjuk Letkol. Abimanyu sebagai Panglima Divisi Siliwangi. Hanya kepala dingin di waktu itu dan kesadaran memikul tugas luhur, diperoleh pemecahan simpatik dalam suasana keakuran, tanpa menimbulkan gejolak. Bayangkan apa yang bisa terjadi jika keputusan semacam itu, yang menimbulkan “matahari kembar”, diambil dalam 2007. Mungkin aura politik akan lebih mewarnai persoalan daripada pemecahan yang mengedepankan kemashalatan dan mengatasi “the sense of crisis”.
Pernah penulis saya tanyakan kepad Jenderal Himawan Sutanto perihal status dan keadaan psikologis massa yang begitu besar bergerak,lelah,ketakutan,dan kekurangan materiil, walau tak ayal kaya dengan semangat. Bukannya tidak mungkin, dalam himpitan kesulitan itu mencuat jiwa yang mementingkan diri sendiri dengan menyampingkan jiwa keprajuritan dan keksatriaan. Barangkali harus ada penulis lain, mempergunakan genre yang tepat, yang harus menyoroti masalah tersebut Banyak anekdot perang, merupakan literatur kejiwaan yang menarik, bukan untuk menjadi bahan tertawaan, tetapi untuk memahami sifat hakiki manusia. Seorang Pramudya Ananta Toer, pernah menulis ”Mereka Yang Dilumpuhkan” (1949), mengisahkan drama manusia dalam kesempitan. Trisno Yuwono (1959) dalam serialnya di harian Pikiran Rakyat,Bandung, “Antara mesiu dan peluru” mengutarakan satire keadaan jaman awal kemerdekaan. Dari sini terbetik adanya manusia don quisote yang hanya memetik keuntungan bagi diri-sendiri dari kesedihan orang lain teman seperjalanan.
Saudara-saudara tentunya akan sepakat dengan penulis, kalau buku Himawan Sutanto ini sangat tepat untuk mememperoleh tempat di dalam perpustakaan militer maupun perpustakaan umum. Isinya mengandung bobot renungan jiwa dan kental dengan epos kepahlawan Siliwangi yang merupakan elemen pemikul, penghantar kita ke alam merdeka ini. Penulis akui bahwa benar masih terdapat kemelaratan yang menyatu dengan struktur serta ketidakadilan remunerasi dan perolehan hak, tetapi kita tidak boleh terhalang bayangan gelap itu menancapkan pandangan kita kedepan melihat sejarah heroikkemiliteran seperti yang dibeberkan oleh Himawan Sutanto.
Selamat kepada Jendral purnawirawan Himawan Sutanto atas penerbitan buku ini. Sebagai penutup ijinkan penulis menyampaikan permintaan agar pada penerbitan berikutmnya ditambahkan: peta yang lebih jelas dan informatif;kala perjalanan tracee tertentu (umpama berapa lama perjalanan dari perbatasan Jabar-Jateng memakan waktu untuk sampai Sumedang);usia pelaku terpenting (berapakah usia Simatupang, Nasution, Sadikin dan lain-lain); perbaikan penulisan referensi dan kesimpulan bahkan, kalau mungkin, analisa mengapa seorang Panglima sampai dapat tertawan oleh pihak musuh.
Bandung 19-12-2007; limapuluih sembilan tahun pasca Serangan Yogya.
Bambang Hidayat, lahir 18 september 1934, mantan Guru Besar Astronomi,ITB. Sekarang President Indonesian Academy of Sciences.,Tinggal di Bandung.

SEIKO 1st Quartz Chronograph

Love at the first sight! itulah perasaan yang saya alami saat melihat SEIKO chronograph ini terutama karena kondisinya yang nyaris seperti baru! padahal usia jam ini bisa lebih dari 20 tahun.
SEIKO ini adalah Seiko quartz chronograph pertama yang dibuat oleh perusahaan jepang ini.

Movement quartz menggunakan cal.7A28 yang diyakini banyak penggemar Seiko sebagai salah satu the most accurate quartz movement. Seiko jenis ini diproduksi sejak tahun 1983 sampai dengan tahun 1990. Movement dengan 15 jewels ini semua part-nya terbuat dari metal dan tidak ada satupun ada materi plastik (seperti jam quartz pada umumnya). Karena tingkat akurasinya yang tinggi, British Royal Airforce meminta Seiko untuk men-supply jam tangan kepada mereka yang dibuat sebanyak 11,000 buah. Desain yang disupply oleh Seiko berbeda dengan versi massalnya, terutama tidak adanya penunjuk Tachymeter pada bezelnya (lihat gambar dibawah).

Design Seiko chronograph ini memiliki 3 sub registers yaitu untuk penunjuk menit, 1/10 detik dan penunjuk 60 detik. Karena desainnya mirip dengan Omega Speedmaster maka para penggemar Seiko sering menyebut jam ini sebagai Seiko Speedmaster. Perbedaan dengan jam chronograph lainnya adalah pada jam ini terdapat 3 tombol fungsional untuk mekanisme chronograph (biasanya hanya 2 buah) dan crown untuk memutar jarum jam ada di posisi angka 8.

Ukuran jam ini cukup besar dengan diameter 40mm dan ketebalan 10mm serta dimensi lug sekitar 20mm. Untuk sebuah jam quartz chronograph jam ini cukup tipis dan nyaman di pergelangan tangan. Kondisi nyaris seperti baru (SUPER MINT!)


Minggu, 23 Desember 2007

My SEIKO "Black MONSTER" is coming!

Ini adalah salah satu tipe Seiko Diver yang paling sering dibicarakan di forum Seiko Timezone.com !
Tipe ini tidak didatangkan secara resmi oleh agen Seiko di Indonesia sehingga kita sangat kesulitan untuk bisa mendapatkannya. Dengan penuh kesabaran akhirnya Monster Diver ini sampai juga ke tangan saya.



Jumat, 21 Desember 2007

SEIKO Navigator Timer Cal.6117

Dalam posting sebelumnya saya menulis mengenai koleksi Seiko saya yaitu: SEIKO Worldtimer versi pertama dengan menggunakan automatic movement cal.6217. SEIKO Worldtimer kemudian berevolusi dengan mengeluarkan versi ke-2 yang mengambil desain yang berbeda sama sekali dengan versi pendahulunya dan menggunakan movement yang berbeda yaitu cal.6117. Sayang Seiko worldtimer generasi ke-2 saya belum mendapatkannya (sebentar lagi..).

Kemudian SEIKO mengeluarkan seri GMT yang lain, dan kali ini tanpa memiliki inner rotating bezel yang bertuliskan kota-kota di dunia. Inner bezel pada tipe GMT baru ini hanya bertuliskan angka-angka penunjuk GMT saja. SEIKO menemakan tipe ini sebagai SEIKO NAVIGATOR TIMER. Movement yang digunakan masih sama dengan versi terdahulunya yaitu cal.6117. Seiko dalam koleksi ini merupakan seri 6117-6410.
Jam SEIKO tipe ini memiliki jarum penunjuk GMT yang unik. Jarum berwarna orange ini tidak rata, namun pada ujungnya membengkok keatas. Desain ini dibuat agar jarum GMT tersebut tidak bergesekan dengan index baton penunjuk angka dan juga agar casing jam tetap bisa tipis. Untuk memutar inner bezel menggunakan crown yang terletak di angka 4. Apabila crown ditarik sekali maka posisi tanggal akan berubah (quick set date).
Ukuran jam ini cukup besar, dengan lebar (tidak termasuk crown) adalah 41mm dan panjang lug to lug adalah 45mm dengan ketebalan 12mm. SEIKO dengan fungsi GMT seperti ini menarik untuk dimiliki dan di pasaran semakin sulit untuk didapat.

Senin, 17 Desember 2007

For Sale: ROLEX Datejust 16014 textured dial (SOLD)



Rolex 16014 dengan automatic movement cal.3035, quick set date mechanism. Dial sering disebut dengan dial tikar karena ada texture dan tidak polos, warna broken white semu krem dan akan terlihat sangat menarik bila terkena sinar matahari.
SOLD

For Sale: ROLEX Datejust 16014 Blue dial (SOLD)

Rolex ini diproduksi sekitar tahun 80-an dengan menggunakan movement automatic generasi baru cal.3035 yang sudah mengadopsi sistem quick set date mechanism. Penampilan dial berwarna birunya sangat menarik dengan dipadu index baton kombinasi putih dan steel. Bezel terbuat dari white gold kombinasi dengan steel untuk casing dan bracelet.

Kondisi keseluruhan jam ini masih sangat baik dan rantai masih belum dipotong (masih panjang). Kondisi mesin sangat mulus dan berjalan baik.


SOLD

For Sale: TAG HEUER 2000 Proffesional (SOLD)



Tag Heuer ini kemungkinan adalah edisi awal dari seri 2000 Proffesional. Logo Tag Heuer masih belum berwarna. Kondisi secara umum masih baik dan radium masih menyala dalam gelap. Ukuran Men's size (37-38mm)
SOLD

Sabtu, 15 Desember 2007

Beware of FAKE Omega Seamaster 300 Military!

Berulang kali saya melihat jam Seamaster tipe Seamaster 300 Diver yang abal-abal (kanibal). Saya sebut abal-abal dan kanibal karena memang jam tipe ini tidak seluruhnya palsu karena banyak yang saya temui menggunakan movement asli dari Omega. Omega tipe ini juga ada yang versi militer dengan adanya tambahan huruf T dalam lingkaran yang dicetak pada dial jam (lihat gambar diatas) dan grafir angka-angka yang merupakan kode logistik dari British Military (lihat gambar di bawah). Tipe military sudah masuk dalam kategori Very rare Omega karena memang tipe ini tidak banyak beredar. Kedua gambar diatas dan dibawah adalah Omega yang asli dari tipe tersebut.

Dalam posting ini saya akan coba paparkan cara mengidentifikasi Omega Seamaster 300 yang palsu, agar anda tidak "kejeblos" membeli Omega abal-abal.
Pada case back tertulis Certified High Pressure - Waterproof Seamaster. Untuk yang asli, huruf A pada tulisan Waterproof berbentuk datar pada ujungnya sedangkan yang palsu Huruf A-nya runcing.


Pada beberapa jam Seamaster 300 palsu melakukan kesalahan pada penulisan CERTIFIED dan hanya dituliskan CERTIFED, Ngantuk kali ya yang ng-grafir......

Semula saya mengira bahwa grafiran angka-angka pada kode loistik militer tidak bisa ditiru dan dipalsu, ternyata kualitasnya mendekati asli bahkan bisa lebih baik. Untuk mengidentifikasi yang palsu sebenarnya mudah, karena mereka biasanya hanya mengunakan angka yang sama pada angka terakhir yaitu: A/254/67. Contoh dibawah adalah jenis dan kualitas grafiran dari jam yang palsu. Bagus kan kualitasnya? coba bandingkan dengan gambar kedua dari atas untuk grafiran angka dari omega yang asli.
Dan coba perhatikan lagi, selain angka-angka tidak ada tulisan lain atau grafiran gambar dari Seamonster yang merupakan logo dari jam Seamaster.

Identifikasi pada dial bisa dilihat dari bentuk angka dan desain dari index batonnya. Pada yang asli, bentuk angkanya lebih ramping dari yang palsu. Pada yang palsu, angka 9 terlihat terlalu dekat (mepet) dengan index batonnya. Dan bisa juga dilihat dari tulisan "Swiss Made" yang terletak di bawah angka 6. Untuk yang palsu biasanya tulisan Swiss Made nya sebagian tertutup leh casing (maaf gambar tidak ada).


Pada versi Seamaster 300 dengan penambahan fungsi Date, versi asli memiliki garis di sekeliling jendela Date sedangkan yang palsu tidak ada. Movement jam palsu untuk tipe ini banyak menggunakan movement asli Omega. Movement yang dipakai untuk jam yang asli adalah cal.552 untuk tipe non-date dan saya pernah lihat yang palsu menggunakan movement yang mirip yaitu Omega cal.752.
Posting ini saya ambil dari sebuah review di internet yang mengulas mengenai identifikasi fake omega. Semoga informasi ini dapat berguna bagi para penikmat jam antik khususnya merek Omega.