Rabu, 28 Oktober 2009
Ruma Maida
Selasa, 27 Oktober 2009
Erasmus
Minggu, 25 Oktober 2009
Suatu Siang di Jakarta Utara...
Ternyata hasl yang didapat sungguh menarik karena PAM 176 yang strap aslinya berwarna coklat tua, tampil menjadi lebih 'hidup' saat dipasangkan strap custom warna coklat susu yang sangat lembut ditangan dan dengan finishing vintage. Beliau kelihatan surprise dan suka dengan hasilnya.!
Senin, 19 Oktober 2009
Lunch GTG on Monday 19 Okt 2009
Minggu, 18 Oktober 2009
OMEGA Seamaster Cal.501
Omega cantik ini menggunakan automatic full rotor movement cal.501 yang diproduksi sekitar tahun 50-an. Gambar dibawah memperlihatkan koleksi cal.501 lain yang saya miliki sebelumnya yang memiliki tektur dial yang unik.
Sabtu, 17 Oktober 2009
1st GTG Penggemar Panerai di Indonesia!..
THE GUESTS.
THE STRAPS
THE PANERAI
Selasa, 13 Oktober 2009
-----------------------------------------------------------------------
Ladies and Gentlemen,
No country can escape its history; nor can it forget its past. But we can draw lessons from both.
The Linggajati agreement, which was signed in 1946 by
The agreement was reached by statesmen of both countries who were prepared to have a genuine meeting of minds, and who would negotiate with respect for each other. Some of the participants paid dearly in both their private and public lives.
The problems of international conferences today are not so much caused by reams of policy papers written to solve the problems; rather, most problems are in the attitudes of in the participants. As someone once remarked, there are more problems sitting around the table than are on the table. In that sense, Linggajati today is highly relevant.
Linggajati is a “bridge to the future.” This is possible only if the pillars supporting the bridge are solid, which they will be if we do not deny our colonial heritage.
After sixty years, both our countries demonstrate that the bridge will be strong. This became clear at the Seminar in Den Haag initiated by His Excellency Mr Habibi, Ambassdor of Indonesia in the
At the seminar, Mrs. Upik Syahrir, the daughter of the great statesman Sutan Syahrir, told the participants about the suffering her father and his family suffered at the hands of their Indonesian compatriots. She described how her father had been imprisoned for years—without due process—in Madioen. In my view, the fact that
Mrs. Syahrir was considerate in not mentioning that in 1933, her father, who had returned from the
She emphasized how her father could forgive those who had harmed him and that he always managed to keep faith in his country,
But Sultan Syahrir was also a father who loved his wife and children. Upik told me that when she, her mother and brother made a long trip to visit her father in Madioen, they were accompanied by an aunt. As they returned to the prison exit her aunt realized that she had forgotten something. So she returned to the cell where she found Syahrir in tears, holding a picture of his children in his hands.
When Mrs. Syahrir mentioned this experience during her talk at the seminar in den Haag, there wasn’t a dry eye in the audience. She received a standing ovation. The Dutch, the Indonesians, the Indo’s all of us recognized ourselves in Mrs. Syahrir. She showed us another lesson—that healing from past wounds is possible when people and countries face their history and past mistakes, and, together, decide to build a new future.
Ladies and gentlemen, since 1945 many things have changed. White is no longer the only beautiful skin colour. Brown, Black, we all count; we all want to be recognized for who we are, and be treated with respect. Now we must put our combined efforts in finding ways to make a multicultural society work for everyone. The reality that inside our hearts we are all alike is increasingly accepted. We have entered a new century. Mankind is confronted with overwhelming challenges. We need each other in order to successfully meet these challenges.
The younger generation needs to know more about the colonial times, the mixed culture of the Dutch–Indonesian mix; the treaty of Linggajati and what that meant for both our peoples; the exodus of the former citizens of the Dutch East Indies; the life of the Indonesian Founding Fathers, and the great Dutch statesmen, Schermerhorn, van Mook Sanders who were present.
Through Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir and the Treaty of Linggajati, our youth in
It is note worthy to mention their success in dealing with some large natural disasters .
Ladies and gentlemen Linggajati : the bridge to the future.
Joty ter Kulve–van Os
Dr. W.A.A. van Os
Foundation ‘’ Vrienden van Linggajati”
October 2009
Senin, 12 Oktober 2009
Omega Speedmaster Professional Pre-Moon and Moonwatch
Caseback
Desain caseback Speedy Moonwatch selalu menuliskan "THE FIRST WATCH WORN ON THE MOON...", sebagai pegingat bahwa Omega berperan serta dalam misi pertama manusia ke bulan. Sedangkan pada Speedy Pre-Moon tidak ada tulisan apa-apa hanya logo dan tulisan SPEEDMASTER karena memang saat itu Omega belum secara resmi dipilih oleh NASA sebagai salah satu partner mereka. Untuk Speedy Moonwatch generasi baru bahkan membuat case back menjadi transparan.
Kedua jam dalam posting ini masih menggunakan kaliber movement yang sama yaitu Cal.861 yang merupakan pengembangan dari movement Lemania Cal.1873. Gambar movement 861 di bawah merupakan finishing dari Cal.861 pada era awal tahun 90-an. Omega mengganti finishing movement 861 mereka yang semula pink gold plated menjadi yellow gold plated pada tahun 1992, dan kemudian berganti lagi menjadi rhodium plated pada tahun 1996 seiring dengan diluncurkannya generasi movement Moonwatch yaitu Cal.1861.
Speedy moonwatch pada posting ini menggunakan model rantai baru. Ciri khususnya ada pada garis yang memisahkan antara balok-balok rantai yang berada di tengah. Kalau saya pribadi lebih menyukai desain rantai Speedy yang lama. Dengan diameter 42mm jam ini kelihatan mantap dan maskulin namun tidak menghilangkan kesan klasik walaupun dibuat pada tahun 90-an sekalipun.
Minggu, 11 Oktober 2009
GRAND SEIKO...I Just love them!
Sejak itu, obsesi untuk mendapatkan GS menjadi semakin besar. Karena tidak mampu beli tipe GS baru maka saya mencari hanya yang vintage. Perburuan membutuhkan waku lama, tapi hasilnya sepadan! I just love my GSs!...
Emblem emas pada case back Grand Seiko merupakan ciri khusus yang menunjukkan kualitas produk yang sangat baik. Menurut saya, GS menjadi terlihat semakin klasik bila menggunakan tali kulit..
Jumat, 09 Oktober 2009
Obyek Wisata Mercusuar
Jalur perdagangan
Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti mengutarakan, banyaknya mercusuar yang dibangun Belanda di perairan Selat Bangka menunjukkan ramainya jalur pelayaran di perairan tersebut. Jalur itu sudah ratusan tahun merupakan jalur pelayaran yang ramai. Pada masa kolonial Belanda, mercusuar dijadikan pedoman para pelaut, sedangkan pada zaman Sriwijaya memakai tanda-tanda alam yang ada di Pulau Bangka, seperti Bukit Menumbing dan tanda-tanda alam, seperti hutan bakau di pantai timur Sumatera. "Belanda masuk ke Bangka Belitung karena timah. Timah memang komoditas yang penting pada abad ke-19 sehingga Belanda mendirikan banyak benteng di pesisir Bangka. Oleh karena transportasi perdagangan timah ramai, Belanda membangun mercusuar," kata Nurhadi. Mengenai potensi mercusuar di Bangka Belitung sebagai wisata arkeologi, Nurhadi menuturkan, wisata arkeologi tidak bisa berdiri sendiri.Bangkai kapal
Tim ekspedisi Sriwijaya berhasil menemukan dan mendokumentasikan bangkai kapal yang tenggelam di perairan Pulau Nangka, Selat Bangka. Kapal yang tenggelam di kedalaman sekitar 17 meter tersebut bisa menjadi obyek wisata yang menarik di Selat Bangka. Kepala Seksi Kerja Sama Direktorat Peninggalan Bawah Air Dirjen Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Yudi Wahyudin mengungkapkan, kapal itu diduga tenggelam karena terkena torpedo. Namun, karena hambatan arus yang kuat dan rendahnya jarak pandang (visibilitas) di dalam laut yang hanya 1 meter, tim ekspedisi belum berhasil mengidentifikasi bangkai kapal tersebut secara lengkap. Menurut Yudi, koordinat bangkai kapal tersebut adalah 02 derajat 22’45.6" Lintang Selatan dan 105 derajat 43’31.5" Bujur Timur. Kapal memiliki panjang 70 meter. Kondisi bangkai kapal telah ditutupi karang dan menjadi rumah yang disukai ikan-ikan. "Kondisi bangkai kapal relatif utuh, tidak banyak bagian kapal yang hilang. Menurut para nelayan, jarang ada orang yang mengambil besi tua dari bangkai kapal tersebut. Para nelayan hanya mengambil ikan di sekitar lokasi," ujarnya. (WAD)
Kamis, 08 Oktober 2009
TAG HEUER Carrera Chronograph Chocolate
Carrera ini berdiameter 41mm dan tebal 16mm, yang menurut saya pas buat tangan kebanyakan orang Indonesia. Tidak besar, tapi juga tidak kecil untuk ukuran sebuah jam sport. Karena saya juga penggemar jam dengan menggunakan tali kulit. Maka saya coba padukan Carrera ini dengan strap generik motif crocodile. Ternyata kesannya jadi lebih manis, mungkin karena unsur warna coklat kulit membuat kesan total menjadi lebih soft tapi tetap maskulin dan sporty. Carrera juga mengeluarkan tipe yang menggunakan tali kulit coklat bercorak polos.
Karena tipe ini adalah versi replika (arti replika yang sesungguhnya: bukan palsu) dari versi aslinya, maka keseluruhan desain dibuat mendekati penampilan aslinya. Salah satu yang tidak banyak berubah adalah desain kenop chronograph. Desain yang sederhana dan fungsional (user friendly) menyerupai desain awal Carrera.
Movement menggunakan Valjoux 7750 yang memiliki 25 jewels dan power reserve 42 jam sudah dikenal handal dan akurat dan oleh Tag diberi nama sebagai Caliber 16. Pada case back dibuat transparan sehingga kita bisa melihat kinerja Caliber 16 ini.