Kamis, 26 Februari 2009
Tabiat yang Kita Warisi
ORANG Indonesia sekarang tidak ingat lagi atau tidak tahu pamflet historis yang ditulis oleh Sutan Sjahrir, disiarkan tanggal 10 November 1945 –lima hari sebelum diangkat jadi perdana menteri pertama Republik Indonesia. Buku kecil berjudul “Perdjoeangan Kita” (PK) berisi gambaran tentang keadaan bangsa Indonesia pada akhir pendudukan Jepang selama 3,5 tahun dan pada awal zaman revolusi perjuangan kemerdekaan. Sjahrir waktu itu berusia 36 tahun. Pamfletnya terbit bertepatan dengan meletusnya pertemuan di Surabaya antara pemuda Indonesia dengan tentara Inggris. Dalam “Perdjoeangan Kita” Sjahrir melukiskan kekacauan yang menjalar terus, setelah kekuasaan Jepang runtuh dan pemerintah Republik Indonesia yang baru diproklamasikan masih lemah. Terjadi pembunuhan bangsa asing seperti Belanda, Indo, Tionghoa, juga bangsa sendiri Ambon, Manado. Terjadi perampokan dan penggedoran yang dapat dimengerti bila mengingat kemiskinan dan kegelisahan rakyat akibat penindasan militer Jepang. Dalam perjuangan itu pemuda ikut serta memenuhi panggilan kebangsaan. Bagaimana penilaian Sjahrir terhadap mereka? “Pemuda kita itu umumnya hanya mempunyai kecakapan untuk menjadi serdadu yaitu berbaris, menerima perintah menyerang, menyerbu, dan berjibaku dan tidak pernah diajar memimpin. Oleh karena itu dia tidak berpengetahuan lain. Cara dia mengadakan propaganda dan agitasi pada rakyat banyak itu seperti dilihatnya dan diajarnya dari Jepang yaitu fasilitas. Sangat menyedihkan keadaan jiwa pemuda kita,” tulis Sjahrir. Dari sejarah kita ketahui Jepang melatih pemuda dalam barisan pemuda Seinendan, barisan Kepolisian Keiboodan, tentara pembela tanah air (Peta), pasukan pembantu tentara Jepang (Heijoo). Betul, pemuda mendapat kemampuan dan pengalaman militer, tahu mempergunakan senjata, tapi sebagai gejala sampingan dia memperoleh tabiat dan sikap fasis.
Sjahrir mengatakan, “Di seluruh kehidupan rakyat kita, terutama di desa, alam kehidupan serta pikiran orang masih feodal. Penjajahan Belanda berpegang pada segala sisa-sisa feodalisme itu untuk menahan kemajuan sejarah bangsa kita. Penjajahan Belanda itu mencari kekuatannya dengan perkawinan ratio-modern dengan feodalisme Indonesia, menjadi akhirnya contoh fasisme yang terutama di dunia ini. Fasisme di tanah jajahan jauh mendahului fasisme Hitler ataupun Mussolini. Sebelum Hitler mengadakan kamp konsentrasi Buchenwald atau Belzen, Bovan-Digul sudah lebih dahulu diadakan. Oleh karena itu, maka pergerakan rakyat kita dari sejak mula di dalam menentang penjajahan asing sebenarnya menentang feodal-birokrasi, dan akhirnya otokrasi dan fasisme jajahan Belanda.”Sikap fasis Pendapat yang menimbulkan kebencian terhadap Sjahrir dari pihak politisi ialah “bahwa revolusi kita harus dipimpin oleh golongan demokratis yang revolusioner dan bukan oleh golongan nasionalistis yang pernah membudak kepada fasis-fasis lain, fasis kolonial Belanda atau fasis militer Jepang. Orang-orang ini harus dianggap sebagai pengkhianat perjuangan. Sekalian politieke collaboratoren dengan fasis Jepang harus dipandang sebagai fasis sendiri”. Akibat pendapat tadi beberapa menteri kabinet Soekarno seperti Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Iwa Kusumasumantri, Abikusno mengambil sikap oposisi frontal terhadap PM Sjahrir. Wartawan yang meliput sidang KNIP (Komite Nasio-nal Indonesia Pusat) yang berfungsi sebagai parlemen bulan November 1945 di mana beleid politik PM Sjahrir dibicarakan tentu ingat bagaimana Abikusno Tjokrosuyoso mantan Menteri Pekerjaan Umum “mengamuk” dalam ruangan bekas AMS Salemba Batavia, hanya karena dianggap sebagai kaki tangan Jepang. Menurut Sjahrir, gerakan kebangsaan yang memabukkan dirinya dengan nafsu membenci bangsa-bangsa asing untuk mendapat kekuatan niscaya pada akhirnya akan berhadapan dengan seluruh dunia dan kemanusiaan. Nafsu kebangsaan yang pada mulanya dapat merupakan suatu kekuatan itu, mesti tiba pada satu jalan buntu dan akhirnya mencekik dirinya sendiri dalam suasana jibaku. Kekuatan yang kita cari adalah pada pengorbanan perasaan keadilan dan kemanusiaan. Hanya semangat kebangsaan yang dipikul oleh perasaan keadilan dan kemanusiaan dapat mengantar kita maju di dalam sejarah dunia. Nyata pula bahwa kaum pemuda, terutama yang terpelajar yang sekarang berkobar-kobar dengan semangat kebangsaan tak akan dapat menjalankan terus kewajibannya sebagai perintis, jika semangat kebangsaannya itu tidak diisi dengan semangat kerakyatan dan semangat kemasyarakatan, demikian tulis Sjahrir pada tahun 1945. Kendati itu cerita dan masalah dari 60 tahun yang lampau, namun pokok-pokok pikiran yang diutarakan oleh Sjahrir tadi masih relevan sebagai bahan masukan untuk memahami dan menilai keadaan kita dewasa ini. Peringatan Sjahrir terhadap bahaya dan ancaman fasisme, keprihatinannya terhadap sikap dan mentalitas fasis yang berkembang di kalangan pemuda masa itu, tidak boleh kita abaikan begitu saja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa fasis berarti penganut fasisme, dan kata fasisme bermakna prinsip atau paham golongan nasionalis ekstrem kanan yang menganjurkan pemerintahan otoriter. Tidak usahlah kita menggunakan istilah fasis melulu dalam kaitan dengan suatu paham atau prinsip serta sistem politik tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari orang bisa berkata “Kamu fasis”, dan yang dimaksudnya ialah “Kamu tidak demokratis, tukang paksa, abang kuasa, mau menang sendiri, penindas.” Dalam hal ini kata “fasis” telah memperoleh perluasan makna, melampaui makna orisinalnya, namun intisari pengertiannya masih ada.
Berbasis atau mati
Negeri Nazi-Jerman tahun 1930-an adalah contoh tempat sikap fasis dipraktikkan dengan gencar. Pemuda Hitler dan Pasukan Kemeja Coklat yang bertindak sebagai tukang pukul memaksa rakyat untuk tunduk dan patuh pada perintah. Semboyan mereka ialah “Marschieren oder Krepieren”, artinya berbaris atau mati. Kaum fasis selalu melakukan kekerasan terhadap orang atau golongan yang tidak mereka sukai. Mengapa kita teringat buku kecil Sjahrir tahun 1945 “Perdjoeangan Kita” yang menyebutkan soal fasis? Karena pada hakikatnya hal itu 60 tahun kemudian belum hapus dalam masyarakat kita. Tabiat dan sikap fasis adalah salah satu warisan dari zaman dulu. Kalau kita baca berita tentang Farid Faqih seorang aktivis sosial dari sebuah LSM datang ke Aceh turut memberikan bantuan kepada para korban tsunami telah ditahan oleh militer karena dituduh mengambil barang milik orang lain, lalu digebuk ramai-ramai oleh perwira dan perjuritnya, apakah kejadian itu suatu manifestasi kemarahan dan letupan emosional semata-mata di pihak militer bersangkutan? Menjelang berakhirnya rezim Orde Baru Soeharto, tatkala terjadi demo-demo mahasiswa dan rakyat terhadap pemerintah, maka terdengar berita tentang penculikan-penculikan yang dilakukan oleh sekumpulan militer yang mendapat didikan khusus memadamkan huru hara di kota-kota. Ternyata korban banyak yang hilang, tidak diketahui lagi selama-selamanya, dan mereka yang bisa keluar bercerita tentang siksaan-siksaan badan yang mereka alami. Bukankah ini juga manifestasi sikap fasis?
Kita tidak boleh menutup mata terhadap peristiwa kekerasan. Kita harus jujur mengakui sikap fasis adalah sebuah tabiat yang kita warisi. Kalau sudah mengakui itu, maka usaha kita berikut ialah bersama-sama menghilangkan segala yang bersifat fasis, dan belajar melaksanakan kehidupan yang beradab dan berperikemanusiaan.***
Penulis adalah , Wartawan senior.
Sumber : Pikiran Rakyat, 09 Maret 2005
Pengalih perhatian: Lukisan!
Untuk masa jenuh yang kedua ini saya tidak lagi menjual jam-jam antik saya tapi saya taruh saja di koper dan tidak saya lihat lagi (untuk sementara). Untungnya ada 'pengalih perhatian' dari hobby utama yaitu mencari dan mengumpulkan barang pecah belah antik (lihat posting sebelumnya) dan yang paling gres adalah lukisan!
Pada dasarnya saya mengemari lukisan sejak kuliah dulu, ini karena teman tetangga saya di yogya adalah pelukis lulusan ISI Yogya. Kegemaran akan lukisan mulai lagi sejak bulan lalu saat berkunjung ke tempat pengumpul barang antik di Bogor. Saat itu saya lihat ada beberapa lukisan kecil yang menurut saya menarik karena goresan pada canvas sangat ekspresif. Dari cerita si pemilik lukisan, seniman yang melukis lukisan itu dulunya pernah dirawat di Rumah sakit jiwa karena itu banyak orang yang mengatakan (mungkin berseloroh) bahwa si pelukis ini adalah Van Gogh-nya Indonesia (aya-aya wae...) .
Dibawah ini adalah karya teman saya di Yogya, Petro. Semula lukisan ini tidak mau dijual karena memiliki nlai sentimentil tinggi. Lukisan ini dibuat saat ulang tahun pelukis terkenal Alm. H.Widayat di Magelang. Saat itu banyak pelukis yang diundang ke rumah beliau untuk melukis bersama. Setiap pelukis diberi kanvas besar sekalia dengan cat minyaknya yang berkualitas tinggi. Saat itu Petro berinisiatif untuk meminta sang tuan rumah Alm H. Widayat untk ikut serta menggoreskan kuasnya disisi kiri dan dan sisi kanan Petro meminta kepada Kartika Affandi (putri maestro Alm.Affandi) untuk juga menggoreskan kuasnya. Setelah mereka berdua selesai baru Petro menggabungkan keduanya dengan goresannya sendiri. Judul lukisan ini 'About last night' dan berukuran sekitar 1,2X1,4m.
Lukisan buah dibawah ini adalah karya Wardoyo. Alirannya realis dan memang buah jambunya menggiurkan banget. saat saya bawa pulang ke rumah semua berkomentar sama..lukisannya bagus. Ukuran juga cukup besar sekitar 90X100cm.
Lukisan dibawah adalah karya Parsono. Pelukis muda jebolan sanggar Jatiwangi. Sekarang Parsono lagi demen melukis suasana panen. Pelukis otodidak yang dikembangkan oleh seniman senior Fadoli. Semua lukisannya bersertifikat dan juga sudah masuk balai lelang Sidharta.
Anak bungsu saya bergaya di depan salah satu karya Parsono yang lain (panen juga).
ENICAR Sherpa Guide GMT
Alhasil, pulang kantor hai itu ditangan saya sudah terpasang jam sper jumbo Enicar Sherpa dengan dial yang atraktif.
Rabu, 25 Februari 2009
Minggu, 22 Februari 2009
FORTIS Pilot Automatic Chronograph 35mm
Tali kulit jam ini merupakan salah satu tali kulit terbaik yang pernah saya lihat dan rasakan. Talinya tebal dan terasa kokoh dengan white stiching line yang mempertegas kesan sporty-nya. Mungkin ketebalan ini untuk menyiasati tebal casing agar masih tetap nyaman dipakai.
Casing terbuat dari steel dengan finishing brushed titanium sehingga tidak terlihat mengkilat dan menurut saya jam-jam militer dan pilot memang seharusnya berwarna demikian. Karena dimensinya yang kecil, jam ini jadi lebih sering dipakai istri...
Kamis, 19 Februari 2009
Soedarpo Sastrosatomo dan Kehampaan Ideologi
Dalam Sinar Harapan Rabu, 24 Oktober 2007
Senin, 16 Februari 2009
Seiko in Space: Seiko Spacewalk
Pada tahun 1980-an, Seiko LCD Digital Cal.A 829 sangat populer di kalangan astronot pada saat itu karena juga digunakan pada penerbangan ke luar angkasa. Seiko A829 saat ini diyakini sebagai jam Seiko digital paling langka. Keunikan dari jam ini adalah untuk mengganti mode (fungsi) jam dengan cara memutar bezelnya. Hal ini sangat tidak biasa untuk sebuah jam digital. Seiko A829 secara luas banyak dikenakan oleh astronot NASA pada tahun 80-an untuk misi angkasa luar. Tipe yang banyak digunakan adalah A829-6019 dan A829-6029 dan kemungkinan juga tipe 6010. Karena nilai historis, keunikan dan kelangkaannya membuat Seiko A829 sebagai one of the most collectible vintage digital watch!
Dan 1990an, Seiko mengeluarkan Seiko ”Space Navigator” cal.6M23 yang memang di desain untuk seseorang tinggal lama di ruang angkasa. Jam ini memiliki fungsi intelligent calendar dan perpetual calendar sampai 2099. Fungsi-fungsinya diyakini sangat berguna bagi astronot yang ada diluar angkasa untuk mengetahui berapa lama dia sudah berada disana dan dapat untuk menghitung velocity dan altitude dari sebuah space ship.
Tahun 2008, Seiko berniat untuk mengulang sejarah sebagai salah satu penyedia alat bantu handal untuk misi angkasa luar. Pada Basel 2008, Seiko memperkenalkan untuk pertama kalinya Seiko Spacewalk. Orang pertama yang beruntung mengenakan jam ini diluar tanpa bobot adalah seorang pembuat video games, Richard Garriot, salah satu orang sipil yang ikut dalam penerbangan ke ruang angkasa tanggal 12 Oktober 2008. Richard akan meluncur ke ruang angkasa dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan dengan mengendarai Soyuz TMA 13.
Seiko memang mendesain jam ini khusus untuk misi ruang angkasa. Para ilmuwan terbaik Seiko Epson mencari alternatif terbaik untuk membuat jam tangan yang tahan terhadap kondisi ekstrim panas dan dingin (-20 sampai 70 derajat celcius) dengan tuntutan akurasi yang tinggi. Jam mekanikal biasa akan sulit bertahan dalam kondisi seperti ini karena itu Seiko memutuskan untuk mencangkokkan movement Spring drive ke dalam Spacewalk.
Pada tanggal 23 Oktober 2008, Richard kembali menjejakkan kaki di bumi. Ini komentarnya mengenai Seiko Spacewalk:
“During the flight, SEIKO Spring Drive Spacewalk has performed admirably for me. Even before the flight, Spring Drive Spacewalk had already provided great service and survived through some torturous training such as a nominal 4g and a ballistic 9g re-entry simulation in the centrifuge. While these extremes challenge the human body and have destroyed a competitors watch worn by my backup in this simulation, Spring Drive Spacewalk performed perfectly under all those conditions. I am proud to have the opportunity to wear it.”
Berikut adalah data teknis dari Seiko Spacewalk:
· Caliber: Spring Drive Chronograph 5R86
· Case: High-intensity Titanium
· Diameter 53.0 mm (12-6h) , 48.7 mm (3-9h)
· Thickness 15.2 mm
· Weight 92.5 g
· Glass: Sapphire crystal with anti-reflective coating
· Water resistance: 10 Bar
· Bracelet: Belum ditentukan
Minggu, 15 Februari 2009
G-Shock Extreme Self Test!..
Jam G-Shock yang digunakan dalam test ini adalah seri DW 9052.
1. Test pertama jam didinginkan dalam freezer (es) selama 48 jam pada suhu -18 derajat Celcius.
2. Kemudian setelah dikeluarkan dari bongkahan es selama 2 hari, jam kemudian direbus dalam air mendidih 100 derajat C selama 10 menit.
3. Setelah direbus selama 10 menit, jam ini dilakukan test cyrogenic dengan ditaburi serbuk dengan suhu -65 derajat C.
4. Test berikutnya untuk menguji jam dalam menahan tekanan. Jam dimasukkan dalam sebuah alat yang memiliki tekanan 20 bar.
5. Jam kemudian dimasukkan dalam sebuah alat vacuum selama 24 jam.
6. Untuk menguji jam dalam berbagai posisi dan tekanan, maka jam dimasukkan ke dalam mesin cuci bersama dengan beberapa celana jeans. Kemudian mesin cuci ini dijalankan.
7. Untuk melihat ketahanan jam dalam menghadapi perubahan suhu yang ekstrim (lagi), jam dimasukkand alam sebuah kompartemen yang dapat di-adjust suhunya secara ekstrim secara bergantian. Test ini dilakukan 5 kali pengulangan.
8. Selama dalam masa test ini jam G-Shock sebagai sample tetap dikenakan untuk diving baik di kolam ataupun di ruang luar untuk melihat apakah ada pengaruh terhadap seal-seal jam yang dapat menyebabkan masuknya air.
9. Dan setelah beberapa kali lolos test, akhirnya pengujian diakhiri dengan uji ketahanan akan beban berat. Untuk menguji ini, jam G-Shock dilindas oleh mobil jip Range Rover dengan landasan keras. Setelah dilindas, jam diambil dan dilihat...ternyata masih utuh dan semua fungsi berjalan normal!...luar biasa!
GTG Bandung 15 Feb 2009
Jam 11.30 hampir semua orang yang confirmed untuk datang sudah hadir di restoran itu dan segera semua menggelar koleksi mereka di meja sehingga meja menjadi penuh oleh jam-jam antik dan non antik made in Jepang. Segera saja para watch lover dengan antusias mendatangi jam-jam yang menarik perhatian ini, persis seperti anak kecil yang lihat mainan yang disukainya!...
Semua orang asyik melihat, memegang, mengusap dan mencoba memakai di tangan setiap jam yang menarik perhatian. beberapa komentar terdengar.."wah yang ini mulus banget!,..yang ini langka sekali!,...wah cocok banget sama saya nih! dll. Saking asyiknya melihat, memilih dan mencoba sampai buku menu yang disediakan tidak ada yang menyentuh. Sampai 1 jam kemudian beberapa orang (yang mulai kecapaian melihat dan mencoba jam) mulai memesan makanan.
GTG kali ini juga turut hadir seorang watchmaker Pak Ridwan. beberapa orang memanfaatkan momen ini untuk bertanya seputar mekanikal jam bahkan Pak Ridwan menyempatkan untuk memperbaiki jam salah seorang rekan.
Satu-satunya dokter dalam milis ini adalah dr.William (berkaca mata) yang membawa koleksi maut-nya Seiko Diver Tuna, Seiko Diver Sumo dan Orient 300m. Banyak orang yang mengagumi jam diver Orient milik pak dokter karena memang bagusss bangettt!...baik dari penampilan, kualitas bahan dan detail pembuatan (finishing). Good catch doc!... sayang foto orient-nya buram jadi tidak bisa dipajang disini.. :-(
Rekan Joe membawa seperangkat spare part jam diver seperti dial, jarum dan bezel. jadi kalau mau modifikasi jam diver anda tinggal pilih mau seperti apa! well..welll..
Bung moderator Hendra (paling kanan) bersama dengan Bung Iim dan Bung Hidayat sedang mengamati beberapa jam seiko diver dan automatic chronograph antik. Dan pada saat itu bung moderator membawa 'seperangkat' seiko matic chrono yaitu 2 6139 pepsi dan 4 (ya EMPAT buah..) Seiko UFO!
Tag Heuer for My Wife
Tapi jam saya ternyata tidak berkurang malah bertambah terus. Kalau dulu cuma 13 buah sekarang sudah mencapai 80 buah, dan istri malah tidak pernah komplain. Ternyata istri mulai sedikit banyak mengerti dan menyukai jam terutama bila ada jam-jam yang 'masuk' dalam kriteria jam bagus baginya. Salah satunya adalah jenis Tag Heuer ini.
Tag Heuer ini adalah tipe Formula 1 dan merupakan koleksi Formula buatan tahun 90-an. Diameternya tidak terlalu kecil (34mm) dan dengan finishing warna dial yang menarik. Karena itu saya mulai mencari-cari jam tipe ini dalam berbagai warna agar istri juga bisa ikut ganti-ganti jam disesuaikan dengan warna pakaian :-).
Kamis, 12 Februari 2009
G-SHOCK in The Movie!
Berikut adalah sebagian kecil dari film-film yang sudah beredar dimana G-shock ikut andil didalamnya:
Yang paling dikenang adalah ketika Keanu Reeve menggunakan G-Shock DW 5600 Classic dalam film 'SPEED'.
Tom Cruise menggunakan DW 5300 di film Mission Impossible 1.
Casio Protrek PRG 40 dikenakan Denzel Washington dalam film Man on Fire. Konon pada film ini Denzel mengenakan 2 jam ditangannya dan salah satunya adalah Protrek.
Para pemeran di film Italian Job menggunakan G-Shock DW 6600 sebagai salah satu pencatat sinkronisasi waktu ketika mereka kebut-kebutan dengan mini cooper.
Martin Lawrence mengenakan DW 5900 dalam film Bad Boys 1.
Sebenarnya Sean Connery dan Catherine Zeta Jones mengenakan G Shock yang sama yaitu GT-001 dari G-Cool series.
Dalam film Who I Am? pemeran Yuki dalam film ini mengenakan G-shock spesial edisi Lovers Collection 1997.
Seorang hacker dengan julukan Zero Cool mengenakan (kemungkinan) Protrek PRT 40.