Lebih dari separuh pertumbuhan ekonomi global sebelum 2025 akan didorong oleh negara-negara berkembang. Indonesia bersama Brasil, India, Korea Selatan, dan Rusia akan setara dengan China dan negara maju sebagai pusat pertumbuhan global.
"Melalui transaksi komersial dan finansial, keenam negara itu akan turut mendorong pertumbuhan negara berpendapatan rendah," kata ekonom Bank Dunia Mansoor Dailami dalam peluncuran laporan Global Development Horizons 2011 Multipolarity: The New Global Economy di Jakarta, kemarin.
Saat ini ekonomi global baru mulai terbentuk dengan bergesernya pertumbuhan dari negara maju ke negara berkembang. Diproyeksikan pada 2011-2025 ekonomi negara berkembang akan tumbuh dua kali lipat ketimbang negara maju, dengan rata-rata 4,7% per tahun. AS, Inggris, Uni Eropa, dan Jepang pada periode yang sama diproyeksikan hanya akan tumbuh 2,3% per tahun.
Khusus untuk Indonesia, Dailami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan berada pada batas atas kisaran 6,0%-6,5% pada 2011 dan meningkat sebesar 6,%-6,6% pada 2012.
Namun, terdapat negara berkembang yang ekonominya beroperasi di atas kapasitas sehingga berisiko overheating, terutama di Asia dan Amerika Latin. "Derasnya arus modal asing yang masuk, termasuk ke Indonesia, jika tidak dimanfaatkan optimal, dikhawatirkan akan berisiko pembalikan arus dengan cepat," jelas Dailami.
Dailami juga menyebut soal tiga tantangan pertumbuhan Indonesia, yakni pendidikan yang harus produktif, alokasi anggaran subsidi yang harus ditingkatkan untuk kesehatan dan pendidikan, serta kehati-hatian dalam aliran modal.
Meski dapat tumbuh 6,5%, ekonom Bank Danamon Anton Gunawan mengingatkan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak didorong sektor swasta dan tren konsumsi yang meningkat di negara berkembang. Peningkatan itu seiring dengan bertambahnya jumlah kelas menengah di Indonesia yang mencapai 7 juta orang per tahun. "Jika dibandingkan negara sepadanannya, ini tergolong sangat cepat," kata Anton. (Atp/I-1)
"Melalui transaksi komersial dan finansial, keenam negara itu akan turut mendorong pertumbuhan negara berpendapatan rendah," kata ekonom Bank Dunia Mansoor Dailami dalam peluncuran laporan Global Development Horizons 2011 Multipolarity: The New Global Economy di Jakarta, kemarin.
Saat ini ekonomi global baru mulai terbentuk dengan bergesernya pertumbuhan dari negara maju ke negara berkembang. Diproyeksikan pada 2011-2025 ekonomi negara berkembang akan tumbuh dua kali lipat ketimbang negara maju, dengan rata-rata 4,7% per tahun. AS, Inggris, Uni Eropa, dan Jepang pada periode yang sama diproyeksikan hanya akan tumbuh 2,3% per tahun.
Khusus untuk Indonesia, Dailami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan berada pada batas atas kisaran 6,0%-6,5% pada 2011 dan meningkat sebesar 6,%-6,6% pada 2012.
Namun, terdapat negara berkembang yang ekonominya beroperasi di atas kapasitas sehingga berisiko overheating, terutama di Asia dan Amerika Latin. "Derasnya arus modal asing yang masuk, termasuk ke Indonesia, jika tidak dimanfaatkan optimal, dikhawatirkan akan berisiko pembalikan arus dengan cepat," jelas Dailami.
Dailami juga menyebut soal tiga tantangan pertumbuhan Indonesia, yakni pendidikan yang harus produktif, alokasi anggaran subsidi yang harus ditingkatkan untuk kesehatan dan pendidikan, serta kehati-hatian dalam aliran modal.
Meski dapat tumbuh 6,5%, ekonom Bank Danamon Anton Gunawan mengingatkan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak didorong sektor swasta dan tren konsumsi yang meningkat di negara berkembang. Peningkatan itu seiring dengan bertambahnya jumlah kelas menengah di Indonesia yang mencapai 7 juta orang per tahun. "Jika dibandingkan negara sepadanannya, ini tergolong sangat cepat," kata Anton. (Atp/I-1)
sumber : http://www.mediaindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.