JAKARTA - Tampil dengan dandanan harajuku, empat cowok asal Bandung mencoba memenangkan persaingan di dunia musik Indonesia. Band yang diberi nama Reita, mengadopsi sebuah kata dari bahasa Jepang yang berarti jiwa.
Di antara celah grup band yang datang seperti gelombang besar, Reita datang bersamaan. Namun untuk memenangkan persaingan, tentunya masih diandalkan karya yang bisa diterima di masyarakat, tanpa mengesampingkan promo yang butuh biaya besar.
"Kalau persaingan kita anggap positif saja, yang penting kita terus berjuang, mudah-mudahan musik kita bisa diterima di masyarakat," tutur Dicky sang penggebuk drum kepada wartawan saat ditemui di Pejaten village, Jalan Raya Buncit, Jakarta selatan, beberapa waktu lalu.
Sekilas dandanan para personel yang terdiri dari Harie Kasim (vokal), Dicky (drum), Firman (gitar), dan Aul (gitar/bass) mengingatkan pada style band yang sudah establish J-Rock. Namun untuk urusan musik, mereka pantang ikut-ikutan.
Walau Harajuku, warna Japanese Rock tidak terinfiltrasi di lagu-lagu Reita, bungkusan alunan pop kadang diselipkan string rock and roll masih jadi jualan untuk menaklukan pasar. Tidak ingin melupakan akar kebangsaan, lagu berjudul Teman berada di trek awal melodi lagu ini diambil dari lagu nasional Halo-halo Bandung.
Syair cinta mendominasi tiap-tiap lagu di album Reita yang berjumlah 10 lagu. Pembuatan album yang memakan waktu selama kurun waktu satu tahun ini, bukti keseriusan para personel untuk jadi band profesional.
"Pembuatan album sejak awal 2009 selesai Oktober, kita bersyukur banget bisa bikin album. Tadinya kita hanya tampil dari kampus ke kampus, bosanlah seperti itu terus," cerita Dicky yang memang banyak menciptakan lagu untuk bandnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.