1. Pertama-tama kita membeli yang kita suka. Selera adalah nomor satu. Apapun merknya, kalau sudah senang apa mau dikata? Tetapi jangan kaget kalau selera Anda berubah dari waktu ke waktu. Sekarang senang model A, besok bosan pengen model B, minggu depan pengen model A lagi, dst. Seorang rekan memiliki jam antik ratusan dari berbagai merek dan rentang harga yang jauh karena memang dasar pembelian adalah rasa suka.
2. Kedua perhatikan kondisi. Usahakan beli yang seorisinil mungkin. Kalaupun ada yang tidak orisinil, hendaknya bagian-bagian yang masih bisa ditoleransi, misalnya kaca dan putaran (crown). Ada orang yang mempermasalahkan plat grafir (redial atau refinish) ada yang tidak. Ada juga orang yang mengutamakan keotentikan sehingga plat kotorpun asal itu karena faktor usia akan lebih bagus bila dipertahankan.
Beberapa tingkatan orisinalitas arloji sbb: (a) seluruhnya orisinal; (b) sebagian besar orisinil hanya bagian kecil yang tidak; (c) seluruhnya orisinil tetapi tidak sesuai spesifikasi (pakem), termasuk kategori ini adalah kanibalisme; (d) sebagian besar tidak orisinil, hanya sebagian kecil yang orisinil (misalnya mesinnya saja); (e) seluruhnya tidak orisinil (disebut replika, palsu dsb)
3. Usahakan membeli yang seluruhnya masih berjalan normal. Perhatikan kondisi mesin, ketepatan, bunyi detik dsb. Dari bunyi saja kita bisa tahu kondisi mesin. Kalau masalah kelambatan atau kecepatan jarum jam berjalan juga harus bisa ditoleransi misalnya tidak boleh lebih dari 5 menit. Karena faktor usia, jam-jam antik kadang tingkat keakurasiannya mulai berkurang. Jika kita ingin membeli juga, kita harus tahu kira-kira kerusakan yang harus diperbaiki apa saja dan berapa kira-kira biayanya. Yang agak sulit mungkin untuk jam-jam chronograph, karena apabila kerusakan pada komponennya agak sulit untuk mencari ganti.
5. Pertimbangan lain, harga. Paling baik membeli di bawah harga standar, berarti kita harus tahu lebih dulu ancar-ancar harga standar. Kalaupun di atas harga standar, harus ada alasannya, misalnya barang benar-benar kondisi istimewa, benar-benar langka, atau benar-benar suka (beli seneng). Dengan alasan tsb, jika harga 10- 20% lebih mahal dari harga standar ya masih wajarlah. Mengenai harga dibawah harga standar ini juga kita harus jelas, standar siapa yang kita pakai. kalau standar yang kita pakai standar harga beli pedagang, wah kita nggak bakalan bisa dapat barang. Kecuali kita punya akses langsung ke sumber barangnya para pedagang.
Semoga berguna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.