Mereka yang pro Rolex berpendapat bahwa Rolex memang layak dikoleksi karena (1) kualitasnya baik; (2) modelnya menarik, (3) nilai ekonominya tinggi. Butir nomor (3) tampaknya tidak dibantah oleh siapapun dan kenyataan pasar sudah membuktikan. Perdebatan justru terjadi dalam hal butir (1) dan (2).
Mereka yang anti Rolex (sebutlah demikian) berpendapat bahwa butir (1) dan (2) hanyalah omong kosong. Memang benar bahwa kualitas Rolex termasuk baik karena Rolex adalah merk papan atas (high end) yang berharga mahal sehingga wajar saja jika menggunakan kualitas bahan (material) yang baik, misalnya stainless steel nomor satu dsb. Tetapi, konon, bagaimanapun harga yang demikian mahal itu tidak sebanding dengan kualitasnya. Artinya, memang berkualitas tetapi yah tidak sampai mahal seperti itu lah. Kemudian orang membuat perbandingan Rolex dengan merk-merk lain yang harganya sangat jauh di bawah Rolex. Misalnya bandingkanlah dengan Omega. Dengan harga jauh di bawah Rolex, kualitas Omega tidak kalah. Bahkan katanya pada tahun 1950an Omega mengalahkan Rolex dalam mencapai sertifikasi Chronometer (lihat artikel lain dalam blog ini) dan dalam tingkat penjualan. Memang material yang digunakan masih di bawah Rolex tetapi dengan harga yang jauh di bawah Rolex maka lebih "wajar" Omega daripada Rolex.
Demikian pula jika Rolex dibandingkan dengan Seiko. Harga Seiko sangat jauh di bawah Rolex, tetapi perbedaan kualitas material yang digunakan tidak sejauh perbedaan harganya. Perbandingan ini ada benarnya juga. Mesin putar Seiko yang hi beat (36,000 bph) material dan konstruksinya hebat, demikian pula dengan Seiko otomatis generasi pertengahan 1960an, mesinnya bagus-bagus. Bahkan radium yang digunakan Seiko dalam banyak hal lebih tahan lama dibandingkan Rolex.
Dari beberapa artikel yang saya baca, kelompok anti Rolex berpendapat bahwa sebenarnya Rolex mengeluarkan sedikit investasi untuk pengembangan produk-produknya dibandingkan merk-merk lain. Meskipun mengeluarkan beberapa model dari yang dress hingga yang sport, mesin Rolex yang dipakai di berbagai model sebenarnya itu-itu saja. Inovasi Rolex rendah sekali karena Rolex cenderung mempertahankan gaya dan pakemnya, baik dalam hal teknologi maupun model. Bahkan bicara soal butir ke (2) yaitu model-model Rolex, kelompok anti Rolex berpendapat Rolex tidak mengembangkan "arsitektur" arloji yang inovatif. Dibandingkan dengan Mido, Omega dan Seiko atau bahkan Titus, Rolex tidak mengeluarkan model sebanyak merk-merk tersebut. Kelompok anti Rolex berpendapat model-model Rolex membosankan.
Automatic movement Rolex Cal.1570, terbanyak digunakan di jam Rolex
Benarkah Rolex exclusive? Kelompok anti Rolex berpendapat Rolex memproduksi arloji hingga satu juta biji setiap tahun dan paling jarang mengeluarkan edisi terbatas (limited edition), jadi dimana letak exclusivenya?
Akhirnya kelompok anti Rolex tidak mengerti mengapa harga Rolex demikian mahal? Mereka punya kesimpulan bahwa Rolex berhasil menanamkan citra merknya di kepala konsumen. Rolex tidak perlu berusaha keras mempromosikan citranya karena ia sudah mempunyai penggemar yang loyal dan tradisional. Selain itu, harga Rolex menjadi tinggi karena Rolex berubah dari arloji penunjuk waktu ke benda spekulatif. Kadang orang menyimpan Rolex bukan untuk dipakai tetapi untuk disimpan sebagai tabungan, syukur-syukur harganya bisa melejit. Seperti bermain saham.
Perbedaan Rolex 15200 produksi 2000an dan 1501 produksi awal 1970
Orang-orang jadi bingung siapa yang menentukan harga Rolex antik? Apakah ada mekanisme supply and demand atau ada semacam histeria yang disebarluaskan oleh internet (dan oleh kolektor tentu saja), atau oleh kartel pedagang arloji?
Anda tahu jawabannya?
Tulisan ini adalah kiriman Bang Marga di milist arloji antik. Bang Marga adalah penggemar jam antik yang tinggal di Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.