Wartawan senior Rosihan Anwar menulis dikoran KOMPAS pada tanggal 16 Agustus 2006 tentang pengalaman pribadinya menghadiri malam resepsi di istana Yogya pada tanggal 17 Agustus 1946. Bersamanya adalah wartawan Frans J.Goedhart. Siapakah F.J.Goedhart ini ?.
Dia dilahirkan dikota Amsterdam pada tanggal 25 Januari 1904 dan meninggal 3 Maret 1990. Karirnya dimulainya sebagai anggota partai komunis Belanda sampai tahun 1934. Kemudian tidak berpartai sampai tahun 1946. Sejak februari 1946 sampai Mei 1970 anggota partai buruh Belanda atau Pvda (Parrtij van de Arbeid). Sejak tahun 1970 sampai ahir hayatnya merupakan anggota partai DS ‘70 (Democratisch Socialisten). Selama hidupnya dia mengabdi pada bidang kewartawanan. Pernah menjadi wartawan koran “de Telegraaf” pada tahun 1924—1926. Dan “Het Parool’ pada tahun 1945—1946. Pada tahun 1945—1946, Frans Goedhaert diangkat menjadi anggota Tweede Kamer (Parlemen Belanda). Saat itulah dia berkunjung ke Indonesia. Ketika pulang ke Belanda dibuatnya karangan yang amat menarik berjudul “Terug uit Djokja”. Selain tulisan Rosihan, nampaknya Frans Goedhart bukan orang asing untuk Republik Indonesia. Pembelaannya terhadap republik muda bekas jajahan bangsanya amat tulus dan bersifat pembelaan. Cobalah simak tulisan pada “Documenta Historica” halaman 383 ini : AGUSTUS 20.1946. Frans Goedhart seorang wartawan dan anggota parlemen Belanda, ketika mengunjungi Djokjakarta pada hari ulang tahun pertama Republik Indonesia menerangkan kepada wartawan dikota tersebut, bahwa apa yang disampaikan kepadanya sebelum berangkat , yaitu dibagian dalam Djawa keadaan kacau, adalah tidak benar sekali. “Saya telah mempersaksikan sendiri keadaan disini” kata Goedhart. “Tidak ada tanda-tanda terjadinya perampasan rumah, pembunuhan atau kerusuhan2”. Bicara tentang kemungkinan-kemungkinan , bahwa pertikaian politik antara Indonesia-Belanda dapat dibereskan dengan selekasnya, ia menyatakan bahwa ia agak cemas karena penyelesaian secara damai tampak-tampaknya sulit pada waktu ini dan ditegaskannya bahwa Bangsa Belanda semestinya menjalankan daya upaya sedapat-dapatnya untuk menghindari peperangan. Goedhart menerangkan, “Kami Bangsa Belanda tidak bermaksud menjadi tuan disini, juga kami tidak berkeinginan menjadi wali, akan tetapi kami berkehendak menjadi kawan Bangsa Indonesia dst. Goedhart sebuah nama yang sesuai dengan sifatnya yang baik hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.