Selasa, 30 Desember 2008

OMEGA De Ville Dynamic NOS!

Akhir tahun tinggal 1 hari lagi dan saya masih diberi kesempatan untuk meng-akuisisi Omega vintage terakhir untuk tahun 2008: Omega De Ville Dynamic. Omega dynamic adalah salah satu icon dari Omega yang unik dari awal tahun 70-an. Desain ini keluar setelh tim R&D Omega melakukan studi terhadap tangan manusia khususnya pergelangan tangan. Mereka diminta untuk membuat sebuah desain jam tangan yang mengikuti bentuk anatomi tangan manusia, maka akhirnya keluarlah desain Omega ini.

Omega Dynamic yang sering saya lihat adalah dari serie Geneve sedangkan versi dari serie De Ville jarang sekali saya temui. Keunikan dari jam ini adalah desain dial yang bercorak marmer dengan guratan-guratan dan perbedaan warna biru tua.
Tali kulit senada dengan warna dial yaitu biru doff. Kondisi New Old Stock, bisa dilihat dari kondisi caseback yang masih belum pernah terkena plesan atau dibuka mesinnya. Diameter jam cukup besar yaitu 42X36mm.




Selasa, 23 Desember 2008

Negara Pasundan Versi Kartalegawa


Oleh H. ROSIHAN ANWAR
SETELAH meliput Konperensi Malino sebagai wartawan Merdeka pertengahan Juli 1946, saat Letnan Gubernur Jenderal Van Mook memulai langkah ke arah pembentukan Negara Indonesia Timur sebagai pengimbang Republik Indonesia, bulan November saya terkejut karena di Bogor didirikan Partai Rakyat Pasoendan (PRP) yang menentang RI. Penggerak di belakang partai itu ialah eks Bupati Garut Raden Soeria Kartalegawa. Dia tidak suka dengan perjuangan kemerdekaan. Dia ingin kembali ke zaman feodal, tatkala kaum menak punya kedudukan istimewa dan seorang regent (bupati) dilayani oleh rakyat selaku abdi setia. Pada hematnya Urang Sunda juga kepingin balik ke zaman baheula yang bagus. Mereka tidak mau diperintah oleh seorang Gubernur Republik. Urang Sunda masih tergantung pada dalam-dalamnya. Maka tanggal 18 November 1946 dibentuklah PRP. Sedikit sekali orang yang menghadiri rapat pendiriannya. Yang datang pun tidak tahu apa tujuan rapat. Kendati begitu kejadian itu mendapat publisitas dalam mingguan yang diterbitkan oleh Dinas Penerangan Belanda (RVD) Pandji Rakjat yang dipimpin oleh pegawai Nica-Belanda Almasawa, keturunan Arab Palembang.
NEVIS Intel Belanda
Saya tidak tahu banyak tentang perkembangan politik di kalangan Urang Sunda waktu itu, sehingga sedikit informasi yang saya peroleh berasal dari penerbitan Nica seperti Pandji Rakjat. Baru kemudian saya baca dalam buku "Nationalism and Revolution in Indonesia" karangan George McTurnan Kahin (1952 - 238) bahwa Kartalegawa mendapat ide untuk membentuk PRP dari eks perwira KNIL Kolonel Santoso, penasehat politik Van Mook. Pelaksanaannya dibantu oleh intel militer Belanda NEVIS. Karena di zaman kolonial Soeria Kartalegawa telah mempunyai riwayat buruk, Van der Plas menamakan fraudeur alias koruptor, maka bukanlah dia yang menjadi ketua PRP. Fungsi ini diberikan kepada Raden Sadikin, pegawai pusat distribusi pangan milik Belanda di Bandung Utara. Sedangkan sebaga sekretaris dan bendahara ditunjuk dua orang yang sebelum perang menjadi sopir dan di zaman Jepang mandur kebun sayuran. Untuk anggota-anggotanya diusahakan "paksaan halus" dan semata-mata di daerah yang dikuasai oleh tentara Belanda. Soeria Kartalegawa dan PRP berusaha mewujudkan sebuah negara Sunda merdeka yang kelak akan jadi bagian dari Negara Indonesia Serikat dan sama sekali terlepas dari Republik Indonesia. Usaha ini mendapat dukungan Residen Belanda di Bandung M. Klaassen yang menulis sebuah laporan tanggal 27 Desember 1946.
Politik adu domba
Residen Preanger itu menulis dalam laporannya bahwa sejak berabad-abad lamanya ada persaingan antara orang-orang Jawa dan Sunda. Ini akibat perbedaan dalam adat, kebiasaan dan mentalitas. Oleh karena Republik dipimpin oleh orang-orang Jawa dan Minangkabau, maka menurut Klaassen PRP itu bisa dipandang sebagai suatu "gerakan rakyat spontan." Residen merasa berbahagia di Priangan timbul suatu gerakan anti-Republik. Banyak pejabat Belanda di Jawa Barat setuju dengan Klaassen. Asisten-Residen M. Hins di Bogor mengatakan gerakan PRP harus didukung betapa pun di antara pimpinannya terdapat orang yang tidak seluruhnya bisa dipercaya, Cuma mengutamakan kepentingan diri sendiri dan bukan karena mencintai tanah Pasundan. Pendapat ini juga disetujui oleh Gubernur Abbenhuis. Akan tetapi Letnan Gubernur Jenderal Van Mook tidak setuju dengan PRP, partai yang tidak berarti dan dipimpin oleh "tokoh korup oud-regent van Garoet".
Kup di Bogor
Kartalegawa menjadi nekad setelah melihat sikap Van Mook. Dengan bantuan pegawai-pegawai BB Beladna setempat dia mengangkat dirinya sebagai ketua PRP. Pada sebuah pertemuan taggal 4 Mei 1947 di Bandung yang dihadiri oleh 5000 orang dia memproklamasikan Negara Pasundan. Kendati dilarang oleh Van Mook pejabat Belanda setempat toh menyediakan truk-truk untuk mengangkut para pengikut Kartalegawa ke Bogor. Di sini mereka disambut baik oleh Kol. Thompson, komandan tentara Belanda dan Residen Statius Muller. Kemudian diulang lagi upacara proklamasi Negara Pasundan. Karena tindakan tadi pers Republikein menyatakan Soeria Kartalegawa sebagai musuh negara nomor satu dan memberikan kepadanya penamaan: "Soeria-Nica-Legawa". Ketika akhir bulan Mei Presiden Soekarno datang dari Yogya meninjau Jawa Barat ternyata sebagian besar rakyat Sunda menolak Kartalegawa. Bung Karno berpidato di berbagai tempat dalam bahasa Sunda. Rakyat menyambutnya dengan penuh semangat. Dalam rombongan Presiden ikut anggota parlemen Belanda mewakili Partai Buruh Lambertus Nico Palar yang datang meninjau Indonesia. Palar yang kelak jadi wakil Republik di PBB tahun 1948-50 mengatakan Soekarno masih didukung oleh banyak rakyat dan Soeria Kartalegawa dianggap pengkhianat. Tapi ini tidak mencegah Kartalegawa melancarkan gerakan kup di Bogor tanggal 23 Mei dengan menduduki kantor-kantor Republik serta stasiun, kemudian meminta perlindungan Kol. Thompson dan Residen Statius Muller yang diberikan dengan segala senang hati. Di pihak Republik semakin kental perasaan bahwa di balik tindakan gerakan Pasundan bersembunyi tangan Belanda yang jahat dan Soeria Kartalegawa hanyalah alat politik kolonial Belanda.***
Penulis, wartawan senior.
Sumber: Pikiran Rakyat, Selasa, 12 Desember 2006
--------------------------
Sebagai tambahan tanggal 23 Mei 1947 pelaku Kup Bogor adalah Mr Koestomo. Kup PRP versi Koestomo ini dibantu tentara Belanda. Yang dilakukan adalah selain perebutan kekuasaan politik juga pengambilan gedung-gedung pemerintah Republik Indonesia. Dalam peristiwa ini Residen Supangkat ditawan. Masalah PRP ini adalah pergolakan politik ala Jawa Barat yang menggambarkan warna warninya situasi saat itu khususnya pasca agresi militer Belanda pertama (Juli 1947). Belum lagi sempalan kaum Republik yang tersisa di Jawa Barat yang banyak melarikan diri kedaerah Bekasi, Kerawang, Purwakarta sampai Cirebon. Disana mereka membuat gerakan anti PRP. Cuma ekses negatif yang terjadi adalah teror, perampokan, pembakaran, pemekosaan dan sebagainya. Ahirnya tentara Belanda mengejar-ngejar kaum Republik ini dengan tuduhan terorisme.
Gambar atas : Bung Karno ahir Mei 1947 berkeliling Jawa Barat yang disambut rakyat.

Senin, 22 Desember 2008

SEIKO 6139 6020 Pulsation Chronograph

Seiko ini unik karena 2 hal: Perhitungan Tachymeter yang biasanya terdapat dalam jam-jam chronograph diganti menjadi Pulsation yang berguna untuk menghitung denyut jantung seseorang. Keunikan kedua adalah desain Casing. Desainnya melebar seperti jam-jam Anonimo atau Panerai yang cenderung melebar tapi dengan lugs yang kecil (20mm) sehingga menambah kesan besar dan lebar. Kondisi mint dan all original!



Minggu, 21 Desember 2008

SEIKO Diver 7002-700J Pepsi dial

Seri 7002 dianggap sebagai serie terakhir dari Seiko Diver vintage walau kalau dilihat dari tahun produksinya bisa dibilang tipe ini tidak termasuk kategori vintage. Seri ini merupakan versi 'downsized' dari pendahulunya yaitu 6309. Ukuran casing lebih slimmed down dan desain ini digunakan terus sampai saat ini untuk serie SKX007 dan SKX173.

Serie 7002 keluar dalam 2 versi bezel dan tempat produksi. Versi yang biasa saya lihat adalah dengan bezel berwarna hitam sedangkan versi ini memiliki bezel pepsi. Pada dial tertulis juga 17 jewels untuk menunjukkan bahwa jam ini dibuat untuk pasar domestik Jepang. Kode di belakang juga menunjukkan kode yang sama yaitu 7002-700J.



Kebetulan saya sudah punya yang versi black bezel dan keduanya merupakan seri 700J. Hmm..Seiko Diver memang kagak ada matinye!....

Jumat, 05 Desember 2008

OMEGA Automatic Bumper Cal.351

Selama hampir 1 minggu blog ini tidak pernah disentuh dan di update karena memang saya kesulitan untuk mendapatkan akses ke internet di tempat tinggal saya di Yogya dan Cilacap.

Setiap kali mengunjungi Yogya saya selalu berkesempatan untuk mengunjungi seorang rekan penggemar jam antik khususnya Omega dan biasanya saya juga membawa 'oleh-oleh' untuk dibawa ke Jakarta, entah itu untuk saya simpan ataupun dicarikan 'pemilik baru'. Pada akhir kunjungan saya membawa oleh-oleh beberapa jam antik untuk dibawa ke jakarta.

Selain jam, saya juga membawa oleh-oleh beberapa buah rantai Omega dalam keadaan yang masih sangat baik.

Dari semua koleksinya yang saya bawa, ada satu yang sangat menarik perhatian saya: Omega Automatic bumper cal.351. Kondisi jam ini masih sangat baik termasuk juga kondisi dial yang masih bersih dan casing yang masih tanpa goresan. Omega ini memiliki jarum detik berwarna merah yang terlihat sangat berbeda.

Hal lain yang menarik adalah jam ini dulu dibeli dari seorang pedagang cina yang sudah tua. jam ini dibelinya pada tahun 1948 di Toko jam dan perhiasan TIO di jalan Bodjong No.58 Semarang (Toko ini sudah tidak ada lagi sekarang). Kotak jam beserta sticker alamat toko tersebut masih dibawa serta. Kondisi tali waktu dibeli sudah rusak dan diganti dengan tali generik.