Senin, 22 September 2008

OMEGA Constellation Electronic F300hz

Ini merupakan salah satu jam constellation terbesar yang pernah saya lihat dengan desain casing bundar. Mungkin karena ber-movement electronic yang memang lebih besar diameternya dari manual atau automatic movement.

Sama seperti movement electronic 300hz lainnya, Connie ini juga sudah bersertifikasi chronometer. Kondisi jam sangat mulus!



Rabu, 17 September 2008

Business Trip

Setiap kali bepergian baik untuk urusan pekerjaan maupun liburan, saya selalu membawa beberapa buah jam (minimal 2 buah). Untuk perjalanan dinas ke Solo dan Yogya minggu ini saya membawa kedua koleksi kesayangan saya. Enjoy!..

SEIKO WORLD TIMER 1st Generation, ca.1964



OMEGA SPEEDMASTER Mark 2 Ca.1969


Minggu, 07 September 2008

SEIKO 6139 7002 New Old Stock!

Sepulangnya dari Makassar hari sabtu lalu saya langsung menyambangi kios jam bekas di kaki lima milik teman saya. Begitu melihat saya datang dia langsung menyodorkan jam ini kepada saya. "Ini aku simpenin buat kamu", katanya. Saya kaget melihat betapa jam ini mulus sekali bahkan rantainya belum pernah dipotong. "Jam ini sejak dibeli tahun 70-an akhir jarang sekali dipakai dan hanya disimpan.

Kalau kondisinya tidak seperti ini mungkin saya tidak akan ambil karena saya sudah punya versi yang persis sama. Tapi kondisi seperti ini jarang ditemukan karena itu langsung saya ambil.


Semua serat di jam ini masih terlihat jelas dan belum pernah kena polesan.

Akhirnya seiko NOS ini saya sandingkan dengan 7002 versi birunya yang saya dapat dari seorang rekan penggemar Seiko juga.

OMEGA Seamaster cal.501

Mengoleksi jam-jam Omega antik semakin menarik saja karena desainnya yang sangat variatif dan mesinnya yang relatif bandel. Baru-baru ini saya beruntung mendapatkan 2 versi Omega dengan movement full rotor generasi pertama yang dibuat pada akhir tahun 50-an, yaitu cal.501.

Omega 501 ini memiliki case back yang polos dan ini dibuat sebelum desain case back yang digrafir dengan jelas logo seamonster dan untuk membukanya dengan dicongkel.

Kebetulan cal.501 ini memiliki 2 desain dial yang berbeda dan keduanya sangat klasik penampilannya. Omega cal.501 dibawah ini memiliki dial yang unik karena sepintas memiliki 2 warna dial (two-tone) dengan lingkaran bagian luar terlihat lebih gelap. Kombinasi yang menarik lain adalah pemakaian indeks dengan kombinasi indeks berbentuk ujung tombak dan arabic number. Desain jarum jam adalah dauphine hands. Omega ini dipasangkan rantai antik generik dengan model jalinan beras.

Omega 501 yang kedua relatif lebih kalem desainnya dengan warna dial putih dan penggunaan indeks ujung tombak. Ciri khas dari omega pada tahun-yahin ini adalah desain lugs-nya yang tebal karena itu sering disebut sebagai heavy lugs.



Jumat, 05 September 2008

Tjarda dibebaskan


Oleh Rosihan Anwar.
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer, setelah mendekam dalam penjara Jepang di Manchuria menyusul kapitulasi Belanda di Kalijati 9 Maret 1942, dibebaskan oleh tentara Uni Soviet pada 17 Agustus 1945, kebetulan persis pada hari Soekarno-Hatta menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Itulah uniknya sejarah. Tjarda bersama komandan tentara Knil, Letjen Hein Ter Poorten (1888-1968), yang tinggal di vila Mei Ling Bandung, diangkut ke penjara Sukamiskin yang pada awal 1930-an tempat ditahannya Ir Soekarno. Pada 16 April mereka dipindahkan oleh Jepang ke tangsi Batalyon X di Jakarta. Pada 5 Januari 1943, mereka berada di penjara Changi di Singapura. Pada 10 Januari dibawa ke Jepang. Lalu dipindahkan ke Formosa (Taiwan di mana mereka disuruh menggembala kambing). Pada 9 Oktober, mereka diangkut ke Manchuria dan diinternir di Sian, 200 km sebelah utara Kota Mukden. Setelah Uni Soviet mengumumkan perang kepada Dai Nippon, maka 17 Agustus 1945 mereka dibebaskan oleh ten-tara Uni Soviet. Pada 1 September 1945 mereka diterbangkan dari Chungking ke Colombo, Ceylon. Ketika tiba di Colombo, Dr HJ van Mook, Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, menelepon Tjarda untuk singgah sebentar di Batavia, tapi Tjarda menolak. Pada 9 September 1945 Tjarda dan Ter Poorten disambut oleh Putri Juliana di Bandara Eindhoven.
Pengarang J de Kadt, yang diinternir di Cimahi pada zaman Jepang, bersikap pro-Republik Indonesia, menulis dalam buku, De Indische Tragedie, tentang Gubernur Jenderal Tjarda. Tjarda dengan senyuman kaku dan konvensional selalu memperlihatkan bagian atas giginya. Tapi, terhadap pergerakan rakyat Indonesia untuk merdeka, dia sama sekali tidak ramah dan simpatik. Tjarda, yang tergolong kaum bangsawan Belanda adalah reaksioner, konservatif, dan tidak senang terhadap politik etis dan progresif dari kalangan tertentu di Negeri Belanda terhadap kaum nasionalis Indonesia. Pada 1936, dia mulai menjabat sebagai Gubernur Jenderal dan segera berhadapan dengan keinginan kaum nasionalis Indonesia. Anggota Volksraad, Soetardjo Kartohadikoesoemo, mengajukan sebuah mosi yang meminta parlemen Belanda mengadakan konferensi para wakil Negeri Belanda dan Hindia Belanda untuk membicarakan sebuah rencana yang perlahan-lahan akan membawa pada suatu keadaan kemerdekaan bagi Hindia. Dipikirkan dalam masa sepuluh tahun, Soetardjo menjelaskan, ini bukan berarti lepas dari Negeri Belanda. Semacam status dominion atau gemenebest. Ternyata akhir September 1936 mosi Soetardjo diterima di Dewan Rakyat dengan 26 suara pro dan 19 suara anti. Tjarda, yang dikenal sebagai orang yang bekerja dengan cepat dan tertib, barulah pada September 1938 -- jadi dua tahun kemudian-- mengirimkan petisi Soetardjo itu ke pemerintah di Nederland. Disertai dengan nasihat Gubernur Jenderal yang berbunyi "Mosi itu dalam bentuk yang sekarang secara konstitusional tidak bisa diterima". Pada 16 November 1938, petisi Soetardjo dengan keputusan Kerajaan ditolak. Itulah ilustrasi dari sikap Tjarda terhadap gerakan nasionalisme Indonesia.
Peristiwa kematian anggota Volksraad, Mohamad Hoesni Thamrin, yang serba misterius, terjadi di bawah pemerintahan Tjarda. Pada 8 Januari 1941, tokoh pemimpin kaum Betawi dan anggota Parindra itu dikenakan tahanan rumah dengan cara menghina sekali. Tiga hari kemudian orang menemukan jenazah Thamrin. W Buijze dalam bukunya Kalijati, 8-9 Maret 1942- De ondergang van een wereldri jk, yang baru terbit di Negeri Belanda, menulis "Mengenai apa yang persis telah terjadi, orang bungkam dalam semua bahasa. Orang hanya beranggapan bahwa telah terjadi bunuh diri sendiri (zelfmoord) selama tahanan rumah Thamrin, di bawah mata para penjaganya. Kabar angin melakukan pekerjaannya. Soal itu sangat berat bagi pemerintah Hindia. Pemakaman nasionalis besar yang tutup usia pada umur 47 tahun berwujud sebuah demonstrasi besar-besaran dari lebih 10.000 orang Indonesia untuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan". Kekecilan jiwa Tjarda kentara pada perundingan di Kalijati 8-9 Maret 1942. Jepang menuntut agar Jenderal Ter Poorten bersama Gubernur Jenderal Tjarda datang dari Bandung ke Kalijati untuk merundingkan soal kapitulasi Belanda. Waktu diberitahu oleh Poorten, Tjarda menolak. Seperempat jam kemudian, Ter Poorten menelepon lagi. Dia bilang Bandung akan dihancurkan oleh Jepang, Vaarwel Tot Betere Tijden, Tjarda punya tabiat halsstarrig atau keras kepala. Waktu Ter Poorten menganjurkan agar di semua mobil dikibarkan bendera putih, Tjarda menolak, maka di mobilnya tetap berkibar bendera Belanda. Tiba di vila Isola, perwira staf Jepang datang bertanya, apakah Gubernur Jenderal mau melapor kepada Jenderal Imamura di Kalijati. Tjarda cuek saja. Dia bilang: "Bila orang Jepang itu betul-betul mau melihat saya, biar dia datang ke mari. Dia lalu bisa yakin saya memang ada dalam mobil". Akhirnya pukul 10.30 iring-iringan mobil pihak Belanda bisa bergerak menuju Kalijati. Di sana berlangsung drama kapitulasi Belanda kepada Jepang. Tjarda memperlihatkan sikap yang tidak bermartabat, sehingga satu ketika praktis diusir oleh Jenderal Imamura dari ruang perundingan. Setibanya di Nederland dari penjara di Manchuria, Tjarda berhenti sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 16 Oktober 1945. Tapi, jabatan baru diciptakan buat dia, yaitu sebagai Duta besar Belanda di Paris. Jenderal Ter Poorten hilang sama sekali dari pentas. Tjarda tetap tidak setuju dengan Indonesia Merdeka. Tetap benci kepada Soekarno dan RI. Dia meninggal dunia pada usia tua sekali, yakni 98 tahun.
Penulis adalah wartawan senior
Tulisan ini dari Suara pembaruan http://www.suarapembaruan.com/last/index.html

Selasa, 02 September 2008

OMEGA Seamaster Chronometer cal.751

Saya pernah menjumpai jam tipe ini dikenakan oleh sobat saya sesama penggemar jam kuno. Keinginan untuk bisa memiliki tipe ini lenyap sudah saat saya diberitahu bahwa jam tersebut sudah dijual karena kepada orang lain.

Suatu hari saat bertemu dengan salah seorang pedagang keliling saya lihat dia pakai jam yang saya inginkan dulu dan segera saya minta dan saya tawar. Semula dia menolak karena jam ini merupakan salah satu jam kesayangan dia dan tidak mau dijual. Tapi akhirnya dia luluh juga dan memberikan jam ini kepada saya.

Jam ini adalah Omega Seamaster yang unik karena desain casingnya besar dan jauh lebih besar dari versi Seamaster biasanya. Diameter jam ini sekitar 39mm dan menggunakan rantai yang serupa dengan yang digunakan pada jam-jam speedmaster.

Keunikan lain adalah movement yang digunakan adalah cal.751 dan sudah mendapatkan sertifikasi chronometer. Tipe seamaster vinatge jarang sekali yang menggunakan movement dengan sertifikasi chronometer seperti ini. Mesin-mesin ini biasanya digunakan untuk Constellation.

Kalau anda perhatikan kaca mika yang digunakan pada jam ini memiliki inner magnifier yang besar karena jam ini memiliki feature day-date sehingga magnifier-nya menyesuaikan dengan besaran day-date.

Saat dikenakan di pergelangan tangan Seamaster ini terlihat sangat gagah dan kelihatan keseluruhan jam ini memenuhi pergelangan tangan saya.

SEIKO ORANGE MONSTER

Perkataan "Kalau sudah jodoh pasti dapat" berlaku lagi kali ini. Setelah beberapa kali menjual Seiko Monster baik yang Orange dan Black saya akhirnya kepikiran untuk punya untuk diri saya sendiri. Saat itu saya membeli seiko monster dengan rantai dengan harga yang murah kalau dibandingkan dengan harga sekarang. Ternyata pasokan monster terhenti karena importir tidak mendatangkan tipe ini, bahkan saya cari sampai Surabaya pun ternyata tidak ada juga. Seorang teman malah cari sampai ke Kuala Lumpur tapi harga disana ternyata mahal sekali.

Suatu hari ada sms masuk yang mengatakan bahwa seiko monster sudah bisa ditemui di Pasar Baru dengan tali karet dan harga yang cukup mahal. Tapi karena sedang banyak yang cari jam ini laku keras bahkan si empunya toko mengatakan kalau dalam seminggu ini sudah berhasil menjual seiko monster 12 buah! Dia juga heran kenapa tipe ini laku keras..dan ini otomatis membuat harga menjadi lebih mahal (lagi)..

Akhirnya keinginan untuk membeli seiko orange monster saya tunda dulu karena harga demikian tinggi dan saya pikir kalau sudah jodoh pasti bisa saya dapat lah dengan jalan lain...

Ternyata tidak perlu menunggu lama, beberapa hari lalu seorang sobat penggemar jam sms ke saya bahwa dia akan menjual seiko orange monster-nya yang baru dibeli tanggal 28 Agustus lalu. Setelah basa-basi dan menanyakan harga akhirnya kesempatan itu saya ambil dan hari itu juga saya pulang kantor dengan pakai Seiko Orange Monster. Teman kantor saya yang melihat saya pakai jam ini bilang kalau jamnya keren banget!....

Seiko monster memang bukan tipe premium-nya seiko diver seperti marine master tapi tipe inilah (terutama yang orange) yang paling banyak dibicarakan di forum dan paling banyak di modifikasi terutama talinya yang diganti-ganti dengan berbagai macam warna dan tipe.